Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Siapkan Langkah Konkret Setelah KTT Iklim

Kompas.com - 20/12/2009, 12:57 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia akan menyiapkan sejumlah langkah konkret setelah pertemuan iklim di Kopenhagen Denmark sebagai upaya aktif tanpa menunggu sempurnanya protokol yang akan menggantikan Protokol Kyoto. Demikian ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam perjalanan kembali ke Jakarta setelah lawatannya ke Eropa dan menghadiri KTT Perubahan Iklim.

"Indonesia melangkah terus agar peluang tidak hilang. Kita telah berjuang dan berupaya, hasilnya seperti itu, pandailah kita dapat peluang dan melangkah untuk lingkungan kita, agar mendorong perkembangan ekonomi kita," kata Presiden saat transit di Dubai, Minggu (20/12/2009).

Presiden mengatakan naskah kesepakatan yang disebut dengan Copenhagen Accord, dalam perkembangan terakhir telah disepakati oleh sidang yang berlangsung Sabtu pagi waktu Kopenhagen dan diikuti 194 negara. Sebagai tindaklanjut dari perkembangan itu, Presiden mengatakan pada 2010 mendatang Indonesia mengharapkan ada penajaman-penajaman kesepakatan dan bisa dibawa dalam konferensi serupa yang akan berlangsung di Meksiko akhir 2010 mendatang.

"Di samping rencana aksi nasional yang sudah dimutakhirkan, maka kita pastikan dilampiri oleh rencana aksi daerah-daerah. Dengan demikian tidak perlu menunggu sempurna protokol baru," paparnya.

Salah satu hal yang membuat Indonesia menilai positif Kopenhagen Accord adalah diadopsinya usulan Indonesia tentang pengelolaan hutan. "Tentang hutan yang tadinya kurang balance (seimbang) seolah hanya memberikan kewajiban pada negara yang miliki hutan tropis dan tidak ada klausul insentif apa yang diberikan negara maju, atas perjuangan kita masuk gamblang sekali, mekanisme pendanaan dan sebagainya," kata Presiden.

Presiden mengaku sedikit kecewa karena usulan atas peningkatan dana bantuan negara maju bagi negara-negara berkembang untuk asistensi pencegahan perubahan iklim dan mitigasi sebesar 25 miliar dolar AS hingga 35 miliar dolar AS dari 2010 hingga 2012 hanya berada di angka 10 miliar dolar. Walau demikian, Presiden mengatakan Indonesia harus tetap bekerja selain bagi kebaikan global, khususnya bagi kebaikan Indonesia sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com