PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Sebanyak 5.212 rumah warga di pedalaman Kalimantan Tengah (Kalteng) yang selama ini masih gelap gulita, kini telah dapat menikmati aliran listrik terbatas dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Ribuan sel surya itu semuanya telah terpasang, baik pengadaan pusat dan daerah dalam tahun ini," kata Kepala Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng Tomas Sembiring, di Palangkaraya, Rabu (16/12).
Menurut Tomas, prioritas pembagian PLTS itu diarahkan untuk desa-desa di pedalaman yang sulit dijangkau transmisi listrik PLN serta tidak memiliki sumber energi listrik alternatif lainnya.
Secara keseluruhan ribuan PLTS itu dibagikan untuk warga di 52 desa, yang tersebar di 14 kabupaten/kota setempat dengan rata-rata satu desa mendapat antara 50 hingga 200 sel surya.
Sebagian besar sel surya itu merupakan bantuan pusat dari Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral sebanyak 4.141 unit.
Alokasi lain sebanyak 1.071 unit sel surya melalui pengadaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Kalteng dengan nilai sekitar Rp 6,8 juta per unit.
Tomas mengatakan, tidak semua warga dalam satu desa menerima pembagian sel surya itu karena sasaran utama adalah warga miskin yang tidak memiliki sumber energi listrik alternatif seperti generator set (genset).
"Namun tahun depan, kami targetkan semua warga dalam satu desa menerima pembagian yang sama untuk menghindari kecemburuan sosial antarwarga. Sementara desa prioritas penerima adalah sasaran program bedah desa," katanya.
Pemasangan unit sel surya itu sepenuhnya dilakukan pemerintah melalui pemenang tender, sedangkan warga diminta bertanggung jawab merawat dan memilihara sel surya yang dibagikan.
Selama ini, Tomas sering menerima laporan kerusakan unit sel surya khususnya pada aki penyimpan daya karena kecerobohan pengguna yang turut memanfaatkan untuk penyetruman ikan.
Sel surya yang dibagikan memiliki kapasitas daya listrik 50 Watt dengan kemampuan menyalurkan daya maksimal selama 10 jam dalam kondisi normal.
"Dayanya memang kecil sehingga memang hanya untuk membantu penerangan pada malam hari, dan tidak bisa untuk alat elektronik lain seperti televisi atau setrika. Harga alat ini di pasaran sekitar Rp 5 juta," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kalteng Yulian Taruna.
Yulian mengatakan, program pembagian sel surya itu menjadi skala prioritas jangka pendek yang diharapkan secara bertahap dapat membantu jumlah desa di wilayah itu yang masih belum teraliri jaringan listrik dari PLN.
Program yang digagas sejak tahun 1994 itu hingga 2008 lalu tercatat baru mampu menerangi 5.293 rumah di 68 desa pedalaman yang menggunakan sel surya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.