Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Kiamat Tahun 2012 Tidak Ilmiah

Kompas.com - 11/12/2009, 13:16 WIB

 

Bandung, Kompas - Masyarakat tidak perlu terpancing dengan isu kiamat 2012. Sebab, berdasarkan kajian ilmiah, isu ini tidak memiliki dasar sains. Fenomena alam yang mungkin terjadi tahun itu hanya badai matahari.

"Isu kiamat 2012 adalah pseudoscience (tidak mengikuti metode ilmiah). Ada yang mengaitkannya dengan kemunculan Planet Nibiru, ada juga komet besar, yang secara astronomi sebetulnya tidak eksis," ujar Thomas Djamaluddin, profesor astronomi-astrofisik dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dalam acara Press Tour, Kamis (10/12).

Lebih lanjut ia menjelaskan, satu-satunya kemungkinan bencana alam akibat kondisi antariksa pada 2012 adalah badai antariksa yang dipicu badai matahari. "Tetapi, kita pun tidak perlu khawatir. Belum tentu badai yang terjadi bisa mengarah langsung ke bumi karena bumi terus berputar," tuturnya.

Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Sri Kaloka yang ikut hadir menjelaskan kepada wartawan bahwa isu kiamat 2012 berangkat pada mitos ramalan kalender Suku Maya. Namun, ia membenarkan kemungkinan terjadinya badai matahari yang besar pada tahun itu.

"Puncak aktivitas matahari yang kini ada di siklus 24 ini awalnya diperkirakan terjadi pada 2012. Namun, kemudian bergeser pada 2013 karena aktivitas matahari sekarang masih minim. Tetapi, karena ini terkait dengan statistik, masih terjadi perdebatan," katanya.

Ia menjelaskan, puncak siklus matahari yang ditandai dengan banyaknya bintik hitam di permukaan matahari dapat memicu kemunculan lidah-lidah api (corona mass ejection) yang membawa partikel-partikel berenergi tinggi. Jika sampai ke bumi, partikel ini dapat mengganggu magnetosfer hingga ionosfer di bumi.

"Dampaknya, dapat merusak satelit, alat komunikasi, dan kelistrikan di bumi. Lontaran partikel miliaran ton juga bisa memengaruhi pola medan magnet di bumi. Ada makalah di Jerman yang menyebutkan, burung dara terganggu karena mereka memiliki navigasi yang terkait medan magnet di bumi," paparnya.

Kasus konkret akibat pengaruh badai matahari terjadi pada 2003. Ketika itu, banyak satelit yang kehilangan kontak dan tidak berfungsi. "Ketika itu Lapan mencatat terjadinya penurunan fungsi telekomunikasi di Tanah Air. Gelombang radio tinggi pun putus," ungkap Thomas. Diamati pelajar

Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lapan Clara Yono Yatini menambahkan, aktivitas yang unik pada matahari kerap menjadi bahan menarik untuk film sains fiksi. Sebagai contoh mengenai materi neutrinos dari matahari yang di film 2012 menjadi sumber petaka.

"Neutrinos ini kan biasa muncul dari matahari, tidak perlu harus ketika badai. Tidak seperti di film, materi yang tidak bermuatan dan tidak bermassa dan ditangkap di tanah ini semestinya tidak sampai mendidihkan magma," katanya.

Terlepas dari pro-kontra soal kepastian munculnya badai matahari ini, Lapan menyiapkan sistem peringatan dini bahaya cuaca antariksa ekstrem. Sistem ini dapat dilihat di ruang pengamatan yang baru digunakan setahun terakhir ini.

Ruang pengamatan ini bisa dilihat masyarakat luas, khususnya pelajar. Baru-baru ini Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa juga meluncurkan buku Fenomena Cuaca Antariksa yang di dalamnya juga menyinggung isu kiamat 2012. (jon)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau