BANDUNG, KOMPAS.com — Masyarakat tidak perlu terpancing dengan isu kiamat 2012. Sebab, berdasarkan kajian ilmiah, isu ini tidak memiliki dasar sains. Fenomena alam yang mungkin saja terjadi pada tahun itu adalah badai matahari.
"Isu kiamat 2012 adalah pseudoscience (tidak mengikuti metode ilmiah). Ada yang mengaitkannya dengan kemunculan Planet Nibiru, ada juga komet besar, yang secara astronomi sebetulnya tidak eksis," kata Thomas Djamaluddin, profesor astronomi-astrofisik dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di dalam acara Press Tour, Kamis (10/12/2009).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, satu-satunya kemungkinan bencana alam akibat kondisi antariksa pada tahun 2012 itu adalah badai antariksa yang dipicu badai matahari. "Tetapi, kita pun tidak perlu khawatir juga. Belum tentu badai yang terjadi bisa mengarah langsung ke Bumi. Karena, Bumi kan terus berputar," tuturnya.
Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, Sri Kaloka, yang ikut hadir menjelaskan kepada wartawan bahwa isu kiamat 2012 berangkat pada mitos ramalan kalender Suku Maya. Namun, ia membenarkan kemungkinan terjadinya badai matahari yang besar pada tahun itu.
Puncak aktivitas matahari yang kini ada di siklus 24 ini awalnya diperkirakan terjadi pada 2012. Namun, kemudian bergeser pada 2013 karena aktivitas matahari sekarang masih minim. "Tetapi, karena ini terkait dengan statistik, masih terjadi perdebatan," ucapnya.
Ia menjelaskan, puncak siklus matahari yang ditandai dengan banyaknya bintik hitam di permukaan matahari dapat memicu kemunculan lidah-lidah api (corona mass ejection) yang membawa partikel-partikel berenergi tinggi. Jika sampai ke Bumi, partikel ini dapat mengganggu magnetosfer hingga ionosfer di Bumi.
Dampaknya dapat merusak satelit, alat komunikasi, dan kelistrikan di Bumi. Lontaran partikel miliaran ton juga bisa memengaruhi pola medan magnet di Bumi. "Ada makalah di Jerman yang menyebutkan bahwa burung-burung dara terganggu karena mereka memiliki navigasi yang terkait medan magnet di Bumi," paparnya.
Kasus konkret akibat pengaruh badai matahari terjadi pada tahun 2003. Ketika itu, banyak satelit yang kehilangan kontak dan tidak berfungsi. "Ketika itu Lapan juga mencatat terjadinya penurunan fungsi telekomunikasi di Tanah Air. Gelombang radio tinggi pun putus," ungkap Thomas kemudian.
Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lapan Clara Yono Yatini menambahkan, aktivitas yang unik pada matahari kerap menjadi bahan yang menarik untuk film sains fiksi. Sebagai contoh mengenai materi neutrinos dari matahari yang di film 2012 menjadi sumber petaka.
"Neutrinos ini kan biasa muncul dari matahari, tidak perlu harus ketika badai. Tidak seperti di film, materi yang tidak bermuatan dan tidak bermassa dan ditangkap di tanah ini mestinya tidak sampai mendidihkan magma di Yellow Stone," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.