Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yarra, Biarkan Trembesi dan Jati Tumbuh Abadi!

Kompas.com - 08/12/2009, 11:11 WIB

KOMPAS.com - Yarra masih sibuk mencongkel tanah kehitaman di depannya. Tidak terlalu dalam, sesuai pesan ibu guru. Kemudian, biji pohon jati (tectona grandis), ditempatkannya di lubang tadi. Dalam hitungan detik, biji itu sudah tertutup lagi dengan tanah. "Tapi, aku belum pernah lihat pohon jati," kata anak perempuan murid kelas lima sekolah dasar itu sembari tersenyum.

Tak apalah Yarra. Yang penting, Yarra sudah pernah mendapat informasi tentang pohon jati. Pohon itu asalnya dari Myanmar yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah termasuk Indonesia. Pohon jati bisa menjadi besar dengan garis tengah hingga 2,4 meter. Tak hanya itu, pohon yang acap merontokkan daunnya sendiri tatkala musim kemarau demi mencegah penguapan bisa tumbuh setinggi 40-45 meter. Tinggi banget kan?

Yarra pasti sudah tahu biji jati. Di dalam satu buah jati yang bentuknya bulat agak gepeng seukuran 0,5 cm sampai dengan 2,5 cm ada dua hingga empat biji jati. Biasanya nih, hanya satu yang tumbuh kalau ditanam.

Nah, satu lagi. Apa Yarra juga tahu pohon trembesi?

Pohon itu punya nama dalam Bahasa Latin yakni samanea saman. Di sekolah Yarra, Sekolah Pelita Harapan (SPH) Lippo Cikarang, pohon itu juga ditanam. Benar kata Pak Meow Chong Loh waktu memberi sambutan di peresmian Kebun Bibit SPH, Senin (7/12), trembesi adalah pohon peneduh. Selain dikenal dengan nama trembesi, pohon itu disebut juga sebagai ki hujan.

Cuma, untuk kawasan permukiman, akar pohon yang tumbuh melebar justru merusak infrastruktur jalan dan bangunan di sekitarnya. Beda dengan pohon jati yang akarnya tumbuh lurus ke dalam tanah. "Kasihan juga anak-anak yang bermain di halaman, bisa tersandung akar trembesi," imbuh CEO Lippo Cikarang itu seraya menerangkan, selain SPH, sekolah-sekolah di kawasan yang ikut ambil bagian dalam program kebun bibit adalah Karya Iman, SKN Anglo, Tunas Bangsa, International Islamic Boarding School, dan SD Negeri 06 Sukaresmi.

Lalu, baru bulan depan, Yarra yang Selasa (15/12) depan genap berusia sepuluh tahun ini dan kawan-kawan bisa menyaksikan tunas baru tumbuh dari bji yang ditanam. Maklum, khususnya jati, memerlukan masa tumbuh yang lumayan lambat. "Namun, ini proses bagi anak-anak untuk terus memperhatikan proses biji, tunas, dan tanaman muda," kata Loh lagi.

Menurut rencana, pengembang menyediakan 5.000 pohon untuk ditanam tahun ini. Tahun berikutnya, ada 5.000 pohon lagi yang juga akan ditanam di seluruh lokasi. "Ini program agar kawasan menjadi lebih hijau," kata Direktur Operasional Lippo Cikarang Harun Permadi menambahkan.

Sementara, dari jumlah tersebut, ada 100 pohon yang menjadi sumbangan SPH. Di kebun bibit itu pula, siswa-siswi SPH yang tergabung dalam Go Green Club, juga menanam jagung dan sereh.

Omong-omong, Go Green Club, menurut cerita Yarra yang nama lengkapnya Yarra Arnes itu, selalu punya kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan. Melalui membaca, misalnya, anggota klub memperoleh begitu banyak informasi tentang penghijauan. Selain, belajar menanam, tentunya. Biasanya, kegiatan kelompok dilaksanakan selepas jam sekolah pukul 15.00 WIB. "Sejak bulan lalu, aku dipilih jadi presidennya," tutur Yarra yang mengaku pernah menanam tanaman melati, mawar, dan jeruk.  

Jadi, sekarang Yarra dan kawan-kawan silakan terus mengamati tanaman yang sudah ditanam. Hitung-hitung, selain menambah pengetahuan, semakin banyak orang menanam pohon pelindung membuat Bumi lama-kelamaan tetap menjadi teduh, terlindung, dan selalu mampu menyimpan air sebagai kebutuhan utama manusia. Biarkan trembesi dan jati itu tumbuh abadi. Yarra pasti mau kan?  (Josephus Primus)

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com