Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kampanye Perubahan Iklim, Kenapa Memilih "Green Journey"?

Kompas.com - 02/12/2009, 16:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertemuan PBB mengenai perubahan iklim semakin menggaung menjelang pelaksanaannya pada 7-18 Desember mendatang di Kopenhagen, Denmark. Sejumlah lembaga dan organisasi yang peduli dengan isu perubahan iklim, memilih cara masing-masing untuk turut terlibat aktif dalam perhelatan negara-negara di dunia itu. United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) kali ini merupakan pembicaraan para pihak yang ke-15 atau dikenal dengan Conference of The Parties 15 (COP15). Pertemuan di Kopenhagen menjadi bersejarah di tengah harapan dunia akan terciptanya sebuah kesepakatan mengikat yang baru dan lebih adil sebagai pengganti Protokol Kyoto yang akan habis periode mengikatnya pada tahun 2012 .

Untuk menjadi bagian dari sejarah, banyak cara dipilih untuk berpartisipasi. Salah satunya melalui " Green Journey" alias "Perjalanan Hijau". Green Journey digagas oleh British Council global yang mengumpulkan anak-anak muda para climate champions dari seluruh jaringan British Council di dunia yang tergabung dalam International Climate Change (ICC). Dari Indonesia, berangkat Goris Mustaqim. Goris merupakan climate champions 2009 yang sukses dengan proyek geothermal pada proses produksi akar wangi. British Council juga mengikutkan saya, wartawan Kompas.com, untuk mengalirkan cerita kepedulian dan perjuangan anak-anak muda dari berbagai negara dalam menghadapi dampak perubahan iklim di negaranya masing-masing.

Kami akan bertolak menuju London, Rabu (2/12) petang ini. Green Journey sendiri akan dimulai pada tanggal 5 Desember mendatang, dengan titik awal di Brussels, Belgia. Perjalanan akan dilakukan melalui kereta api yang dinamakan "Climate Express". Kereta ini dijalankan oleh International Railway Union (UIC) yang didesain khusus dan sangat hemat energi. Kereta api, selama ini memang dikenal sebagai transportasi yang lebih ramah lingkungan.

"Green Journey tidak hanya sekedar simbol. Tetapi, perjalanan ini juga akan menyampaikan banyak pesan anak-anak muda tentang perubahan iklim," kata Country Director British Council, Keith Davis, saat pre-departure presentation duta Green Journey Indonesia, kemarin.

Saya dan Goris, akan lebih dulu berkumpul dengan delegasi sejumlah negara Asia dan Eropa di London, Inggris pada 3 Desember. Rombongan akan bergerak menuju Brussels dengan menggunakan kereta api keesokan harinya, 4 Desember. Kemudian, seluruh delegasi akan bersama-sama menuju Kopenhagen dengan Climate Express dengan titik perhentian di Cologne dan Hamburg, Jerman.

Sepanjang perjalanan, para delegasi akan mempresentasikan persoalan-persoalan perubahan iklim yang telah berdampak di negaranya. Termasuk, menceritakan upaya mitigasi apa yang sudah dilakukan dan program yang telah mereka jalankan.

Tak hanya itu, di titik-titik perhentian, para young leaders itu juga akan melakukan interaksi dengan siapa saja yang mereka temui. Bercerita dan bertukar informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan isu perubahan iklim. Tanda tangan dan aspirasi juga akan dikumpulkan di sepanjang perjalanan. Hasilnya akan diserahkan kepada Menteri Perubahan Iklim, Denmark, setiba disana.

Sepanjang konferensi berlangsung, para duta iklim juga akan melakukan serangkaian kegiatan, diantaranya diskusi panel, debat, berinteraksi dengan para perunding dari berbagai negara, dan banyak aktivitas lainnya. Berinteraksi dengan para pengambil keputusan diharapkan dapat menyuarakan suara kaum muda yang akan menjadi pewaris bumi.

Perjalanan ini memang tidak "totally green". Akan tetapi, ada pesan besar yang terselip bahwa mempersuasi, menyebarkan kepedulian dan mengajak melakukan aksi bersama menghadapi perubahan iklim, bisa dilakukan dengan cara apa saja dan media apa saja.

"Untuk membayar perjalanan Jakarta-London yang menggunakan pesawat, duta iklim kami akan menebusnya dengan menanam pohon. Banyaknya pohon akan dihitung dari berapa banyak karbon yang mereka habiskan selama perjalanan itu," kata Keith.

Goris dan saya, membawa pesan "From Bali to Copenhagen". Makna dibalik pesan ini, mengingatkan negara-negara di dunia mengenai mandat COP13 Bali tentang perlunya disepakati rumusan perjanjian baru. Tentunya yang lebih mengikat dan adil bagi seluruh negara, baik itu negara maju maupun berkembang. Berbagi pengalaman dan ide-ide kreatif untuk memperkecil dampak perubahan iklim, tentunya akan menjadi wawasan yang menarik. Apalagi, jika kemudian bisa diaplikasikan secara bersama. Kisah-kisah perjalanan dan cerita mengenai perjuangan anak-anak muda berbagai negara, akan dituangkan dalam halaman Green Journey Kompas.com. Semoga menginspirasi. Perubahan besar, selalu dimulai dari langkah-langkah kecil!!

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com