Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Diimbau Ganti Varietas Padi Tahan Cuaca

Kompas.com - 10/11/2009, 02:39 WIB

Denpasar, Kompas - Guna menghadapi kemarau panjang yang masih terus berlangsung, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Bali mengimbau agar petani mengganti varietas padi yang tahan segala cuaca. Petani pun diharapkan menunggu memulai musim tanam sekitar dua minggu ke depan.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Bali Badra Wisnaya di Denpasar, Senin (9/11), mengatakan, pihaknya tidak menyangka masa tanam mundur dari yang dijadwalkan sebelumnya. ”Semestinya petani di Bali sudah memasuki masa tanam. Namun, kami percaya petani jeli menghadapi perubahan iklim ini,” katanya.

Ia menambahkan, beberapa petani mengganti menanam palawija. Namun, pihaknya juga memberikan rekomendasi kepada petani agar mengganti varietas padi tahan segala cuaca, seperti situbagendit dan tukad balian. Sebelumnya, mereka menggunakan varietas ciherang atau cigelis.

Berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar, matahari tengah berada pada 8 derajat Lintang Selatan atau bersinar tepat di atas Pulau Dewata. Suhu panas di pulau itu tercatat maksimal mencapai 34 derajat celsius hingga kemarin.

Kepala Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar Endro Tjahjono menyebutkan, pihaknya telah memberi rekomendasi ada kemarau panjang.

BMKG Jawa Tengah juga memprakirakan musim hujan baru akan tiba akhir November. ”Mundurnya musim hujan diprakirakan antara 10 sampai 20 hari dari prakiraan awal,” ujar Kepala BMKG Jateng Supriyono Slamet di Semarang, Senin.

Namun, petani di Kabupaten Karanganyar telah mulai menyemai bibit padi meski sawah masih kering, bahkan retak-retak, karena curah hujan masih sedikit. Sardi (55), petani di Desa Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, misalnya, telah 20 hari menyemai bibit. Sepekan lagi, dia akan menanam meski sawahnya belum cukup terairi hujan. Dia memakai air dari sumur untuk mencukupi kebutuhan air sawah.

”Jika bibitnya terlalu tua, sampai umur 30 atau 35 hari, anakannya sedikit. Padi yang dihasilkan juga sedikit,” katanya.

Di Kabupaten Tegal, mundurnya musim tanam mengancam penurunan produksi padi. Itu dampak berkurangnya luas panen karena sebagian sawah tak dapat ditanami. Mundurnya musim tanam juga mengakibatkan beban petani semakin berat.

Di Kabupaten Jember, Jawa Timur, menjelang musim tanam padi ini, petani mulai berburu pupuk. Mereka membeli pupuk urea sebagai cadangan agar tidak kehabisan saat dibutuhkan.

Di Bojonegoro dan Lamongan, petani masih krisis air. Mereka khawatir tidak mendapat cukup air untuk memulai tanam.(ays/EKI/ILO/WIE/HAN/ACI/SIR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com