BANDUNG, KOMPAS.com — Mantan Presiden BJ Habibie mengatakan, Indonesia sebetulnya negara yang kaya. Namun, sayangnya, kenyataannya justru sebaliknya. Negara ini bisa dibilang miskin, terutama nasib penduduknya.
"Kita ini negeri kaya, tetapi miskin. Sumber daya alam melimpah, tetapi banyak penduduk miskin? Kenapa bisa begini? Apa solusinya? Caranya, tidak lain, kita harus mulai mengubah dari mengandalkan SDA menjadi berorientasi pada sumber daya manusia yang terbaharukan," tuturnya berapi-api ketika menjadi pembicara tunggal dalam Seminar "Indonesia 2045: Super Power Baru" yang diadakan di Kampus ITB, Rabu (4/11).
Menurut Habibie, mau tidak mau, pemerintah saat ini harus memfokuskan pengembangan pada SDM. Untuk itu, pendidikan serta riset dan teknologi harus bisa menjadi perhatian. Ia membandingkan, pada zaman ia masuk dalam pemerintahan pada masa Orde Baru dulu, perhatian terhadap teknologi ini sangatlah tinggi.
Orang-orang pintar asal Indonesia ketika itu diminta untuk menimba ilmu di luar negeri, salah satunya untuk belajar soal teknologi dirgantara. Di masa sekarang, ucap Habibie, perhatian terhadap SDM dan ristek juga tidak boleh kalah penting dibandingkan sektor lainnya.
Dalam seminar ini, Habibie yang mendapatkan penghargaan Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari ITB berpidato hampir 2 jam dengan semangat yang menyala-nyala. Ia banyak menyinggung soal kemiskinan, energi alternatif, pemerataan penduduk, dan pendidikan.
Menurutnya, Indonesia bisa saja menjadi superpower pada tahun 2045 apabila bisa sukses mengatasi sejumlah persoalan kompleks yang kini melanda.
"Saya harapkan, pada tahun 2045, saat peringatan 100 tahun Indonesia merdeka, salah satu dari kita yang hadir di sini bisa menjadi Presiden yang mengantarkan kita sejajar dengan negara lain. Untuk itu, kita harus punya keberanian. Di dalam diri kita sendiri, harus kita tanyakan, apa yang bisa kita sumbangkan untuk negara ini?" ucapnya sambil disambut tepuk tangan meriah undangan yang hadir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.