Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor ITB: Kami Menawarkan Apel, Mereka Tomat!

Kompas.com - 12/10/2009, 18:42 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com — Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Djoko Santoso meminta publik, khususnya civitas akademika ITB, cerdas melihat dan memaknai pemeringkatan THE-QS yang menaruh ITB di peringkat ke-351 dunia.

Djoko meminta publik tidak menyamakan keberadaan ITB dengan perguruan tinggi lain dengan scope (bidang keahlian) yang lebih luas, seperti Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Tidak fair kalau dilihatnya sama. Kami menawarkan apel, mereka kan tomat," ucapnya menganalogikan perbedaan itu, Senin (12/10) sore.

Pernyataan Djoko tersebut merujuk pada hasil pemeringkatan secara umum, bukan per kategori, yang menaruh ITB di peringkat ke-351 dunia pada 2009. Tahun lalu, peringkat ITB sedikit lebih baik, yaitu ke-315.

Sebagai pembanding, peringkat dua universitas terbesar di Indonesia lainnya, yaitu UI dan UGM, justru naik dengan signifikan. UI di peringkat ke-201 dunia, naik 86 peringkat dari tahun sebelumnya, ke-287. Sementara itu, UGM, yang tahun lalu berada di posisi ke-316, kini naik di peringkat ke-250 dunia.

"Berbeda kondisinya dengan kategori umum yang naik turun. Peringkat ITB di bidang teknologi, mengacu pada THE-QS, justru terus menunjukkan tren kenaikan," lanjutnya. Pada tahun 2007, peringkat ITB masih di luar 100 dunia, yaitu ke-114.

Sementara itu, Ketua Satuan Penjamin Mutu ITB Deny Juanda Puradimaja mengatakan, pemeringkatan THE-QS melihat spektrum yang luas. Karakteristik pemeringkatannya didominasi oleh size (ukuran student body), scope (cakupan keilmuan), dan research intensity. Ini agak kurang menguntungkan untuk institut seperti ITB.

"Contoh, untuk scope, yang dinilai itu fully comprehensive, lima bidang keilmuan, yaitu science, technology, biomodedicine, social science, dan arts and humanities. ITB memang baik di bidang IT dan engineering. Tetapi, untuk bidang life science dan biomedicine, apalagi social science masih belum baik," paparnya.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com