JAKARTA, KOMPAS.com — Tak banyak yang tahu bahwa Masjid Jami Cikini Al-Ma'mur di Jalan Raden Saleh No 30, Kelurahan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, dibangun dari hasil pengumpulan beras dari warga setempat.
Perjalanan sejarah Masjid Jami Cikini Al-Ma'mur cukup panjang. "Masjid itu berada di areal tanah hibah pelukis kondang Indonesia bernama Raden Saleh," kata Umar Swim (80), pria yang sudah 15 tahun lebih mengurus masjid itu, beberapa hari lalu.
Pada tahun 1860, ungkapnya, Raden Saleh bersama umat Muslim di Cikini membangun masjid itu dari kayu dan bilik bambu di lahan miliknya. Kala itu, banyak warga menyebut bangunan itu Masjid Cikini.
Setelah Raden Saleh wafat pada tahun 1906, tanah dan bangunannya dikuasai oleh pria berkebangsaan Arab, Sayed Abdullah bin Alwi Alatas. Pada tahun 1923, Sayed menjual lahan dan bangunannya itu kepada Koningen Emma Stiching (Yayasan Ratu Emma), yang bernaung di bawah Pemerintah Kolonial Belanda. Masjid itu akan digusur dan akan dibangun gereja.
"Niat penggusuran masjid mendapat penolakan yang dipelopori pahlawan nasional, seperti Oemar Said Tjokroaminoto, KH Mas Mansyur, H Agus Salim, dan Abikoesno Tjokrosoeroso," kata Umar.
Tahun 1926, masyarakat Cikini berusaha mempertahankan masjid itu. Mereka memindahkan masjid itu beberapa meter dari lahan sebelumnya. Di sana juga dibangun madrasah. Namun, Belanda ngotot akan membongkar masjid itu. Warga lalu memindahkan masjid tersebut ke pinggir kali, tak jauh dari tempat semula. "Saat itu, masyarakat bergotong royong membangun masjid dengan mengandalkan sumbangan segenggam beras," cerita Umar.
Beras yang dikumpulkan itu dijual ke pasar dan hasilnya dibelikan bahan bangunan. Tahun 1991, Gubernur DKI Wiyogo Admodarminto mengeluarkan sertifikat masjid itu dan dua tahun kemudian, di lahan masjid yang kosong, dibangun madrasah berlantai dua, dan masjid diperluas.
Pada 26 Mei 1995, Gubernur DKI Surjadi Soedirdja meresmikan masjid tersebut. Masjid Jami Cikini Al-Ma'mur menjadi salah satu bangunan cagar budaya. (Warta Kota/get/cr2)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.