BANDUNG, KOMPAS.com — Sejak Rabu (2/9) hingga Kamis (3/9), tercatat terjadi gempa susulan sebanyak 78 kali di dekat kawasan episenter gempa Tasikmalaya di 8,24 LS 107,32 BT. Meskipun banyak terjadi gempa susulan, diperkirakan kekuatannya tidak akan sebesar gempa utama, Rabu lalu.
Hal itu diungkapkan Rasmid dari Bagian Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung, Kamis. Untuk itu, masyarakat yang berdiam di wilayah pesisir selatan Jabar diimbau tidak perlu khawatir.
Menurutnya, gempa subduksi di selatan Jabar bersifat periodik antara 15-50 tahun sekali. "Gempa besar di selatan Tasikmalaya terakhir terjadi pada 29 tahun lalu," tuturnya.
Ketika itu, pada 1974, gempa berkekuatan 6,1 skala Ritcher mengakibatkan rusaknya 1.430 rumah dan merenggut sepuluh nyawa penduduk. Episenter gempa di 6,5 LS 105,3 BT. Saat itu, sempat dikabarkan terjadi tsunami di wilayah ini.
Enam tahun kemudian, terjadi gempa di daerah yang sama. Namun, episenter yang sedikit berbeda (8,25 LS 108,8 BT). Gempa yang berkekuatan 6,4 SR ini merusak 10 bangunan SD dan getarannya terasa hingga ke Bandung.
Berdasarkan catatan BMKG, wilayah selatan Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya dan Sukabumi, adalah daerah yang paling sering terkena gempa. Sebab, di selatan daerah ini, tepatnya di lepas pantai, terdapat zona subduksi pertemuan dua lempeng Indo-Australia dan Eurasia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.