Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim, Ancaman Serius Stok Pangan

Kompas.com - 01/09/2009, 18:24 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Perubahan iklim yang mengacaukan musim hujan dan ketersediaan air akan mengganggu produksi pangan pokok di Indonesia. Selain itu, ramalan terakhir tentang El Nino tahun 2009 akan mengakibatkan kekeringan secara ekstrim yang mencapai 80 persen hingga Maret 2010 .

"Semoga ramalan tersebut tidak benar karena sangat berbahaya terhadap kesediaan pangan kita," ucap Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian UNILA Prof. Dr. Bustanul Arifin saat "Diskusi Strategi dan Kebijakan Kedaulatan Pangan dan Energi Berbasis Sumber Daya Nasional untuk Kedaulatan Bangsa" di Jakarta, Senin (1/9).

Bustanul menjelaskan, mengutip hasil penelitian terakhir terhadap dampak perubahan iklim, jika air laut naik 0,5 meter maka sawah di Jawa akan hilang sebesar 113 ribu hektar dan jika naik 1 meter akan hilang 146 ,5 ribu hektar. Dampaknya terhadap produksi pangan strategis, pada tahun 2050 produksi padi sawah akan turun 20,3 persen, Jagung 27,1 persen, Kedelai 12,4 persen, dan tebu 7,6 persen.

Selain ancaman ketersediaan pangan, papar dia, harus diperhatikan ancaman harga pangan yang terus naik akibat penggunaan komoditas pangan untuk sumber daya energi yang terus meningkat seperti kedelai untuk bio diesel, gula dan jagung untuk bio ethanol.

"Ancaman lain masalah ketersediaan air. 70 persen air dunia digunakan untuk pertanian. Perubahan iklim dan konsumsi air yang boros mengakibatkan air akan semakin sulit," tuturnya.

Untuk kedaulatan pangan ke depan, Bustanul mengatakan, pertumbuhan produksi pangan di Indonesia harus ditingkatkan karena tidak seimbang dengan pertumbuhan permintaan akan pangan akibat terus naiknya pertumbuhan penduduk. Sebagai contoh pertumbuhan produksi padi yang hanya tumbuh 1,01 persen pertahun tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk mencapai 1,3 persen pertahun.

"Bayangkan gimana nanti konsumsi pangan kita. Saat ini konsumsi susu kita hanya dua tetes perkapita perhari, telor satu sampai dua butir perkapita perminggu. Kita pemilik laut terbesar hanya mengkonsumsi ikan 10 gr perkapita perhari," lontarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com