Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Kotoran Sapi, Hasil Pertanian Melimpah

Kompas.com - 31/08/2009, 09:08 WIB

KOMPAS.com — Sapi memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dari kotorannya saja, yang sudah diperas menjadi energi biogas, masih bisa dimanfaatkan menjadi kompos organik.

"Semua kotoran sapi berguna, baik yang tidak dipakai untuk biogas maupun yang terpakai. Tidak ada yang dibuang," kata Yaya Sudrajat Sumama, wakil peneliti utama dalam proyek bioelektrik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Desa Giri Mekar, Kecamatan Cilengkrang, Bandung, pertengahan Agustus ini.

Dalam penelitian tersebut, LIPI berhasil mengonversi energi biogas berbasis kotoran sapi menjadi bioelektrik, yakni energi listrik yang bersumber dari bahan organik. "Limbahnya itulah yang kita manfaatkan untuk dibuat kompos," kata pria yang sebelumnya menjadi peneliti di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI.

Menurut Yaya, limbah biogas bisa langsung digunakan karena mengandung banyak unsur NPK, yakni nitrogen, fosfor, dan kalium. "Ini bagus. Ciri lainnya kalau sudah siap dipakai adalah warnanya hitam pekat dan tidak berbau," ungkapnya.

Tidak hanya itu, ia melanjutkan, kotoran sapi yang tak terpakai dalam proses biogas, juga diolah menjadi pupuk kompos. Namun, kotoran sapi itu mesti dicampur dengan sampah organik dan difregmentasi dengan katalek.

Perbandingannya, ia menambahkan, 1 kilogram katalek untuk 1 ton kotoran sapi. Sementara perbandingan kotoran sapi dengan sampah organik, 1:3. "Katalek adalah hasil pengembangan teknologi LIPI yang mengandung 16 jenis jamur pengurai bahan organik," tuturnya.

Produk sampingan biogas ini sangat menguntungkan warga Desa Giri Mekar secara khusus dan Kecamatan Cilengkrang secara umum. "Karena tahun 2014 Kabupaten Bandung, di mana kecamatan ini berada, akan menjadi daerah pertanian organik," kata Marlan, Camat Cilengkrang, yang dihubungi secara terpisah.

Menurut Marlan, di desa yang menjadi percontohan bioelektrik itu sudah mempraktikkan pertanian organik. Dan hasilnya mencengangkan. "Kami sudah mencoba pada akhir 2008 untuk kedelai di Giri Mekar dengan lahan 2 hektar. Hasilnya 2 kali lipat. Kalau pakai pupuk kimia 1 hektar menghasilkan 0,9 ton, kalau pakai pupuk kompos biogas menjadi 1,8 ton," paparnya.

Untuk itu, ia menambahkan, pihaknya akan terus mendukung usaha biogas di daerahnya. "Sehingga juga terus berimbas pada sektor pertanian," kata Marlan.

Adapun, menurut Yaya, kompos yang merupakan hasil fragmentasi kotoran sapi dan sampah organik ini kemudian dijual. Kalau sudah dihaluskan dan dikemas, harganya Rp 5.000.

Produk yang dikelola oleh koperasi bina usaha Tenaga Listrik dan Mekatronik (Telimek) LIPI Bandung ini mengandung nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, air, dan lain-lain. "Kalau ada yang mau beli kiloan dan masih kasar, harganya Rp 700 per kilogram. Tapi belinya minimal 1 ton," jelas Yaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com