Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cacat Bukan Berarti Dunia Kiamat (2)

Kompas.com - 08/08/2009, 15:54 WIB

DI sinilah jalan hidup Taryono berubah. Di Yakkum, ia menyaksikan banyak orang cacat yang memang ditampung untuk mendapat pelatihan kemandirian. Sejak itu ia memutuskan bekerja di Yakkum.

Sebagai langkah awal, Taryono belajar menulis menggunakan tangan kiri. Ia pun rajin belajar bahasa Inggris, sampai akhirnya dapat beasiswa belajar di Australia dan Selandia Baru. “Saya ambil jurusan ilmu Sosial,” kenang Taryono yang kemudian menjelma menjadi lelaki pantang menyerah.

Usai menuntut ilmu, Taryono kembali ke Yakkum dan masuk manajemen yayasan. Pelajaran hidup di luar negeri membuatnya paham, kaum disabled (cacat) di negeri ini kurang mendapat perhatian. “Saya berniat mengangkat hidup mereka. Nah, bersama empat teman, saya pilih mengundurkan diri dari Yakkum dan membuka usaha sendiri.”

Berbekal keterampilan plus pengetahuan manajemen, tahun 2003 Taryono mendirikan usaha kerajinan. Ia juga meminta bantuan modal usaha dari beberapa negara sahabat, ditambah modal patungan dengan teman-temannya. Awalnya, Taryono fokus mengembangkan usaha mainan anak dari kayu yang disebut permainan edukasi. “Tanggapannya bagus. Malah, dengan Australia, kami kontrak kerja sama selama dua tahun.” Belakangan, ia merekrut teman-teman senasib untuk membantu usahanya yang makin berkembang. Saat itu, nilai usahanya mencapai Rp 170 juta .

Hancur Lebur
Namun, lagi-lagi Taryono mendapat cobaan. Ketika gempa besar melanda kawasan DIY, rumah dan ruang pamernya hancur berantakan. “Semua kerajinan yang sudah siap dikirim, hancur lebur. Salah satu karyawan juga tewas.”

Jelas, ia syok. “Saya seperti balik lagi ke titik nol. Tak ada modal. Tak ada jalan lain, karyawan terpaksa dirumahkan,” kenangnya. Toh, ia tak mau larut dalam kesedihan. Sebulan sempat “patah arang”, ia bangkit lagi, minta bantuan modal asing sampai akhirnya bisa produksi lagi.

Kini, jumlah karyawan Taryono memang menyusut bila dibanding masa jayanya. Sekarang, ia dibantu 30 karyawan. Namun ia optimis, usahanya bakal lebih berkembang.

Yakkum
Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (Yakkum) tempat Taryono Slamet pernah bernaung, sudah lama berkiprah di bidang kesehatan. Selain pelayanan kesehatan, kiprah Yakkum antara lain juga melakukan usaha pemberdayaan masyarakat, salah satunya membimbing orang-orang disabled seperti Taryono. Penyandang cacat ini mendapat berbagai pelatihan tentang keterampilan agar kelak bisa mandiri lewat Pusat Rehabilitasi Yakkum.

Selanjutnya, pada 4 September 1992 berdiri Yakkum Craft. Unit usaha ini menyediakan lapangan pekerjaan bagi peserta pelatihan di Pusat Rehabilitasi Yakkum. Pada tanggal 1 Juni 2004, Yakkum Craft bergabung dengan Pusat Rehabilitasi Yakkum dan bernaung dalam satu manajemen. Namanya sekarang adalah Pusat Rehabilitasi Yakkum-Yakkum Craft. Hingga sekarang, banyak penyandang cacat yang bekerja dalam naungan Yakkum.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com