PALANGKARAYA, KOMPAS.com — Kebakaran lahan dan semak belukar di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng) yang belakangan ini kian marak, sebagian besar dikarenakan ulah manusia.
Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kalteng Moses Nicodemus ketika dikonfirmasi masalah tersebut di Palangkaraya, Kamis, tak membantah sinyalemen itu. Masalahnya, katanya, berdasarkan pemantauan selama ini keberadaan titik api (hotspot), akibat kebakaran lahan tersebut bukan di hutan primer, tetapi di lahan nonhutan atau di lahan kritis yang banyak kegiatan manusianya.
Di lokasi lahan-lahan seperti itu terdapat usaha perladangan, perkebunan, serta usaha-usaha masyarakat lainnya, yang biasanya untuk membersihkan lahan guna persiapan tanam dengan membakar lahan. Tidak jarang usaha membakar lahan seperti itu apinya merembet ke lahan lainnya sehingga menimbulkan kebakaran besar yang melahirkan gumpalan asap ke udara.
Kebakaran lahan dan semak belukar seperti itu kalau terus dibiarkan berdampak terhadap kehidupan sosial, kehidupan ekonomi, transportasi, serta mengganggu kesehatan. "Ini tidak bisa dibiarkan, makanya harus ada upaya yang jelas untuk memadamkan kebakaran lahan dan semak belukar tersebut," katanya.