Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kiat Memotret Gerhana Matahari

Kompas.com - 04/08/2009, 05:52 WIB

Oleh ARBAIN RAMBEY

Gerhana matahari sangat menarik untuk difoto. Selain para astronom dan para ilmuwan yang memerlukan rekaman visual atas fenomena alam itu, jutaan hobiis fotografi sedunia pun tertarik untuk menyimpan imaji gerhana matahari dalam koleksi foto mereka. Tulisan Klinik Fotografi Kompas kali ini berisi kiat memotret gerhana matahari berdasarkan pengalaman yang diceritakan tiga orang Indonesia yang melakukan buru foto gerhana matahari total di Chongqing, China, 22 Juli 2009.

Ketiga orang Indonesia itu adalah Edwin Djuanda, Hartono Halim, dan Agatha Bunanta, yang memang para pehobi fotografi berat. Edwin Djuanda yang seorang dokter bahkan sudah memotret gerhana matahari total (GMT) sejak tahun 1983.

Gerhana matahari ada beberapa macam, yaitu gerhana matahari sebagian, gerhana matahari total, dan juga gerhana matahari cincin. Secara umum, memotret gerhana matahari memiliki pola yang sama, yaitu sulit untuk menentukan metering karena kondisi yang unik.

Matahari adalah sumber cahaya yang sangat kuat, sementara langit di sekitarnya bisa dikatakan merupakan parameter yang tidak mengikat alias kita tidak bisa menentukan dengan pasti kepekatan langit dalam foto kita. Saat matahari belum tertutup, pencahayaan sangat kuat; sedangkan setelah matahari tertutup, pencahayaan bisa sangat redup, sementara kita harus mendapatkan imaji dengan kepekatan tertentu agar menghasilkan foto yang bisa disebut rekaman gerhana yang pas.

Agar singkat dan mudah dipahami, baiklah rentetan pengalaman ketiga orang tadi kita rangkum dalam urutan berikut.

Untuk mendapatkan foto gerhana yang baik, kita harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pelajari tanggal, jam, dan lokasi pasti kejadian gerhana matahari yang akan kita potret. Sadarilah bahwa kita akan mendapatkan hasil terbaik kalau kita memotret dari tempat yang merupakan pusat GMT karena di titik itu gerhana lebih lama waktunya dibandingkan dengan tempat lain. Memotret gerhana pada musim kemarau suatu tempat jelas akan memberikan langit yang lebih bersih. Tanggal pasti sebuah GMT bisa didapatkan dari pusat-pusat astronomi, bisa dari internet dan bisa juga sudah diberitakan di beberapa media.

Edwin, Hartono dan Agatha sudah merencanakan pemotretan sejak Juli 2008. Rencana semula mereka akan memotret di Shanghai. Namun, mendekati hari-H, mereka memutuskan pindah lokasi karena laporan cuaca menunjukkan bahwa Shanghai akan sangat berawan saat GMT terjadi. Pemilihan lokasi pemotretan harus sangat teliti, terus memantau berbagai sumber.

Durasi

2. Selain tanggal kejadian, Anda juga harus tahu persis waktu dan perkiraan durasi GMT yang akan Anda potret.

GMT di Chongqing pada 22 Juli 2009 berlangsung sekitar dua setengah jam.

Kontak pertama (bulan mulai menutupi matahari) pukul 08:07:54, kontak kedua (mulai GMT) pukul 09:12:59, kontak ketiga (berakhirnya GMT) pukul 09:17:17, dan kontak keempat (berakhirnya seluruh gerhana) pukul 10:30:34. GMT adalah antara kontak kedua dan ketiga alias cuma 4 menit 18 detik.

Perhatikan foto kolase GMT di halaman ini. Kontak pertama adalah yang paling kiri alias saat matahari mulai ”disentuh” bulan. Kontak kedua dan ketiga adalah yang di tengah, dengan kata lain bentuk fotonya sama, hanya prinsipnya yang berbeda. Kontak kedua adalah saat matahari mulai tertutup total, sedangkan kontak ketiga adalah saat matahari menjelang akan terbuka lagi.

Kontak keempat adalah yang paling kanan alis matahari sudah terbuka penuh.

Peralatan

3. Peralatan utama yang diperlukan adalah kamera dan lensa dengan rentang sekitar 400 sampai 600 milimeter serta sebuah tripod. Kalau rentang lensa itu sulit didapatkan, bisa memakai tambahan tele converter dengan risiko penurunan mutu gambar.

Yang tidak boleh dilupakan adalah filter ND tingkat tinggi, seperti ND 400, untuk memotret saat matahari masih terbuka. Sinar matahari memang bisa merusak sensor kamera kalau durasi pemotretan kita terlalu lama. Maka, saat tidak memotret, pasanglah tutup lensa.

Harus diingat bahwa saat matahari masih terbuka, sinar yang datang ke kamera kita sangat kuat. Maka, diperlukan filter ND 400 untuk ”menjinakkan” sinar itu. Saat belum terjadi kontak kedua, ISO yang kita pakai selain serendah mungkin, juga diperlukan filter ND 400 itu.

Sementara saat antara kontak kedua dan kontak ketiga, filter ND harus segera dilepas, kemudian ganti ISO ke ISO yang tinggi, misalnya ISO 800.

Harus diingat, diperlukan ketenangan diri pada sang fotografer. Durasi gerhana yang singkat, dengan pengubahan-pengubahan parameter yang cepat (copot filter, ganti ISO).

Harap diperhatikan pula, pemasangan filter ND sebaiknya tidak terlalu ketat alias usahakan agar dalam sekali putaran sudah bisa dilepas dari lensa.

4. Metering yang tepat dalam sekali pengukuran hampir tidak mungkin terjadi. Saat kontak kedua belum terjadi, dengan filter ND terpasang sebaiknya Anda melakukan tes pencahayaan dengan cepat sebelum melakukan pemotretan final.

Keempat poin tadi hanyalah penyederhanaan dari hal-hal penting pada pemotretan gerhana matahari.

Maka, untuk gerhana berikutnya, Anda bisa bersiap dari sekarang. Tidak usah ke luar negeri untuk gerhana matahari total pada 9 Maret 2016 karena Anda bisa memotretnya dari Palembang, Balikpapan, Poso, atau Ternate.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com