Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gandrung Banyuwangi, Riwayatmu Kini

Kompas.com - 03/08/2009, 17:49 WIB

Cara memberi tipsnya cukup unik, yakni menyelipkan uang ke sela- sela bra sang penari. Memang penari gandrung pada umumnya perempuan dengan pakaian yang sedikit terbuka di dada bagian atas. Itulah yang menjadi pemicu untuk melarang pertunjukan gandrung. Saweran dinilai bertentangan dengan norma agama karena mengandung unsur pornografi. Sementara minuman beralkohol jelas dilarang di dalam Islam. Jika menggelar gandrungan, orang awam harus bersiap menerima sanksi sosial berupa pengucilan sosial dari masyarakat. Akankah musnah?

Lain dahulu lain sekarang. Kini gandrung yang telanjur menjadi ikon Banyuwangi terancam hilang. Tidak ada lagi gandrungan di masyarakat. Hanya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi yang masih eksis menggelar gandrungan. Namun, jumlah pementasannya pun tidak banyak.

Sebenarnya ada beberapa sanggar tari gandrung di Banyuwangi, tetapi kelangsungannya terancam punah. Selain minimnya minat kawula muda untuk mempelajarinya, stereotip gandrung sebagai seni yang tidak islami telanjur membuatnya mati suri. Padahal, seharusnya gandrung bisa dijadikan salah satu obyek wisata andalan di Banyuwangi. Ia layak disejajarkan dengan tari-tarian Bali yang eksotis atau jaipong Sunda.

Akankah Gandrung mengalami nasib yang sama dengan kebudayaan daerah lain? Ludruk di Surabaya dan tayub di Nganjuk sudah kembang kempis dimakan zaman. Adapun beberapa kesenian daerah lain akan dilarang pemerintah setempat karena dianggap melanggar undang-undang.

Saya hanya berharap gandrung tidak punah seperti macan kumbang (Javanese tiger). Salah satu cara melestarikannya adalah kearifan dari semua pihak untuk memahami bahwa gandrung adalah warisan budaya yang harus dipertahankan. Ia tidak harus dibenturkan dengan ideologi atau paham lain karena tidak ada ideologi yang bertentangan dengan kesenian. Al Khanif Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Ibrahimy, Banyuwangi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com