Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kajian Diversitas Komodo

Kompas.com - 28/07/2009, 17:27 WIB

Sebaran haplotipe komodo berdasarkan populasi dibeberapa titik penangkapan di pulau komodo, Rinca, Gili Montang, Nusa Kode, Flores Utara, dan Flores Barat. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masing-masing lokasi mempunyai sebaran haplotipe yang berbeda dan ditunjukkan dengan warna yang berbeda (Gambar 1).

Pulau komodo mempunyai 3 haplotipe (06, 07, dan 08), pulau Rinca mempunyai 4 haplotipe (03, 04, 05, dan 08), pulau Gili Montang mempunyai 1 haplotipe (04), pulau Nusa Kode mempunyai 1 haplotipe (05), Flores Utara mempunyai 2 haplotipe (01 dan 02), dan Flores Barat mempunyai 3 haplotipe (01, 03, dan 04).

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa populasi komodo di pulau komodo mempunyai haplotipe yang berbeda dengan populasi komodo di pulau lainnya, sedangkan populasi komodo di Flores Barat berhubungan erat dengan populasi di Gili Montang, Nusa Kode, dan Rinca. Namun demikian ada haplotipe yang khas di Flores Barat dan Flores Utara, yaitu haplotipe 01 dan 02. Haplotipe ini tidak terdapat di daerah lainnya, artinya haplotipe 01 dan 02 mempunyai peran penting di habitat alam dalam memperkaya keragaman genetik komodo dan harus diawasi dan dikonservasi di habitat aslinya.

Selain itu diversitas genetik yang rendah ditunjukkan populasi komodo di pulau Gili Montang dan Nusa Kode (1 haplotipe) sehingga boleh dikatakan secara genetis keadaannya sudah kritis. Artinya betapa penting populasi komodo di pulau Flores untuk memperkaya keragaman genetik komodo di daerah konservasi utama, yaitu di pulau komodo dan pulau-pulau sekitarnya.

Kajian lebih lanjut diversitas genetik masih terus dilakukan, material DNA yang sedang dalam proses analisis berjumlah 639 dan akan menjadi bahan kajian DNA molekuler komodo menggunakan sampel paling besar, selain itu analisis sexing dengan menggunakan teknik molekuler telah dilakukan sehingga telah diketahui sex ratio dari populasi komodo di habitat asli. Informasi ini sangat penting dalam perencanaan pengelolaan daerah konservasi yang berhubungan dengan proses reproduksi.

Teknik molekuler untuk sexing komodo sangat diperlukan karena sangat sulit untuk menentukan jenis kelamin komodo hanya dengan melihat morfologinya. Saat ini, kegiatan laboratorium yang sedang berlangsung adalah kajian analisis mikrosatelit untuk mengetahui hubungan kekeluargaan dalam populasi komodo di alam atau dalam penangkaran.

Hal ini terus dilakukan oleh kelompok peneliti Laboratorium Genetika, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan Universitas Florence (Italia) untuk menyediakan data sebagai dasar menentukan kebijakan konservasi komodo baik secara in-situ maupun ex-situ.

Tindakan penangkapan komodo di alam dan dipindahkan ke penangkaran ex-situ merupakan tindakan spekulatif dan tidak berdasar kajian ilmiah yang mendalam. Semua data yang dipaparkan dalam tulisan ini belum digunakan dalam rekomendasi yang telah dikeluarkan. Dari survei terakhir yang dilakukan oleh BBKSDA dan KSP tahun 2008, hanya 10 ekor saja yang terlihat di beberapa lokasi tempat pengumpanan di Cagar Alam Wae Wuul.

Data ini semakin menambah keprihatinan kita atas rencana pemindahan komodo dari pulau Flores ke penangkaran ex-situ. Penyelamatan yang perlu dilakukan seharusnya meningkatkan program konservasi di alam untuk menjaga sumberdaya genetika komodo di pulau Flores. Komodo telah berhasil mempertahankan kehidupannya di habitat aslinya dan kewajiban kita sekarang adalah menjaga untuk tidak mengusik kehidupan komodo, menjaga habitatnya, menindak secara tegas siapapun yang mengganggu kehidupannya yang lestari, dan menyediakan data yang cukup untuk mengembangkan habitat komodo agar komodo yang tersisa di habitat asli di pulau Flores dapat dipertahankan.

Penyelamatan melalui konservasi ex-situ bukan jalan keluar yang baik melihat jumlah populasi komodo di Flores sudah sangat sedikit dan merupakan haplotipe penting yang tidak ada di daerah konservasi utama di pulau komodo dan pulau-pulau sekitarnya. Selain itu rekam jejak kebun binatang dalam usaha penangkaran komodo juga harus selalu dimonitor agar keberhasilan atau kegagalan penangkarannya dapat menjadi dokumen untuk menentukan posisi dari penangkar apakah layak menjadi tempat penangkaran komodo.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com