JAKARTA, KOMPAS.com — Dari hasil kajian Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bandung secara mendalam terhadap sumber-sumber gempa, baik subduksi (pertemuan lempeng), maupun shallow crusal (patahan dangkal) ditemukan patahan-patahan baru yang belum terdeteksi secara spesifik dalam peta zonasi gempa pada SNI-03-1726-2002.
"Ditemukan sumber-sumber gempa di zona Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara," ungkap Kepala Pusat Mitigasi Bencana ITB I Wayan Sengara saat diskusi di Kantor BPPT Jakarta, Selasa (21/7).
I Wayan menjelaskan, sumber-sumber gempa subduksi Sumatera yang ditemukan yaitu di daerah Andaman, Aceh-Siemelue, Nias, Kepulauan Batu, Mentawai, Bengkulu, dan Sunda. Adapun untuk sumber gempa shallow crusal di wilayah Jawa dan Nusa Tenggara, yaitu patahan Lembang, patahan Cimandiri, Baribis, Opak, Doang, Sepanjang, Kangean, Flores, serta patahan-patahan lainnya di sekitar zona Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.
"Tiga patahan daerah Jawa, yaitu Cimandiri, Lembang, Opak, Baribis diperkirakan 10 persen kemungkinan terjadi gempa dalam waktu 50 tahun ke depan dengan kekuatan gempa relatif medium," ucapnya.
Pusat Mitigasi Bencana ITB juga memberikan rekomendasi jangka pendek untuk penyempurnaan peta zonasi gempa, yaitu menyelesaikan dan menyempurnakan keseluruhan hasil analisis dari berbagai sumber gempa untuk wilayah Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara serta melakukan analisis sejenis untuk wilayah Indonesia Timur yang meliputi blok Irian dan blok Sulawesi-Kalimantan.
"Untuk jangka menengah, melakukan penelitian terhadap patahan-patahan yang dicurigai aktif," ujarnya.
Adapun jangka panjang, tambah I Wayan, memasang lebih banyak GPS monitoring pada patahan-patahan aktif sepanjang pulau di Indonesia untuk mendapatkan informasi data kecepatan pergerakan lempeng dan patahan.
"Langkah lain, mempercepat pelaksanaan pemasangan jaringan strong-motion accelerometer untuk menangkap getaran gempa kuat dari berbagai sumber gempa," ungkapnya.
Semua rekomendasi tersebut, kata dia, untuk masukan dalam perbaikan peta zonasi gempa yang masih mengacu pada peta SNI tahun 2002 agar seluruh infrastruktur yang akan dibangun dipersiapkan tahan gempa. "Kita berharap akhir tahun ini peta baru selesai dan diharapkan dilakukan penyempurnaan peta gempa secara berkala setiap 5 tahun sekali," tambah I Wayan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.