Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memperlambat Penuaan

Kompas.com - 18/07/2009, 17:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kodrat kita sebagai manusia sejak dilahirkan akan menjadi tua sejalan dengan tahun-tahun kehidupannya. Saat memasuki masa reproduksi, keseimbangan hormon reproduksi pada perempuan (estrogen) dan pada laki-laki (testosteron) akan menampakkan tanda seks sekunder, yaitu tanda kecantikan pada perempuan dan keperkasaan pada laki-laki.

Setelah melewati masa reproduksi, mulailah memasuki masa penuaan di mana hormon estrogen pada perempuan mulai menurun pada usia 35 tahun sampai sangat rendah dan hilang atau berakhir pada usia 65 tahun. Hal ini menyebabkan proses ketuaan secara bertahap mulai tampak dengan keluhan klinis yang mengganggu. Adapun pada laki-laki, hormon testosteron mulai menurun pada usia 60-an tahun.

Demikian disampaikan Prof Ichramsjah A Rachman dari Sub Bagian Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam simposium ilmiah yang diprakarsai Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia, Sabtu (18/7), di Hotel Sahid Jaya, Jakarta.

Masa penuaan pada wanita terdiri dari beberapa tahap. Pertama, usia 35-45 tahun adalah masa penuaan awal yang ditandai penurunan hormon estrogen awal dan keluhan gangguan haid. Usia di atas 45-55 tahun adalah masa perimenopause yang terdiri dari masa premenopause, menopause dan pasca menopause ditandai hormon estrogen makin turun sampai ke titik terendah sehingga tak menimbulkan haid lagi dengan gejala menopause mengganggu, penampakan fisik makin tua serta ancaman osteoporosis.

Usia di atas 55-65 tahun adalah masa penuaan akhir yang ditandai dengan keluhan klinis alzheimer, aterosklerosis, patah tulang, osteoporosis, gangguan jantung, fisik bongkok dan penampakan makin tua. "Bisa dibayangkan keadaan ibu-ibu tua ini bila tidak diberikan terapi sulih hormon yang akan memasuki usia geriatri dengan penuh masalah karena adanya ancaman berbagai penyakit usia lanjut yang menyertai," ujarnya.  

Tetap berfungsi baik

Untuk menghambat proses penuaan, Ketua Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia Prof Yahya Kisyanto menjelaskan, kita harus berolahraga yang disesuaikan dengan umur kronologis. Sampai sekitar umur 30 tahun, kita dapat berolahraga yang relatif berat seperti basket dan badminton. Sampai usia 50 tahun, olahraga yang yang sedang seperti tenis dan berenang. Sekitar umur 60-80 tahun, dianjurkan olahraga ringan seperti jalan dan golf.

Ketua Panitia Simposium dan Pameran Ilmiah Nasional Perkapi Prof Walujo Soerjodibroto SpGK menambahkan, upaya pencegahan penuaan dini tidak hanya difokuskan dari sisi estetika atau kecantikan kulit, melainkan menyangkut bagaimana menjaga agar fungsi-fungsi organ dalam tubuh tidak menurun. "Jadi, masalah kedokteran anti penuaan meliputi lintas disiplin ilmu kedokteran," ujarnya.

Pada perempuan, menurut Ichramsjah, gejala menopause yang mengganggu sebenarnya bisa diatasi dengan terapi sulih hormon. Terapi itu terdiri dari estrogen dan progesteron alamiah dapat diberikan secara oral, topikal dan susuk untuk memperbaiki kualitas hidup perempuan lanjut usia. Meski meningkatkan kualitas hidup, namun pemberian beberapa jenis terapi sulih hormon juga meningkatkan risiko terjadi keganasan atau kanker.

Ichramsjah menjelaskan, pemberian estradiol 1 miligram dan drosperinone 2 mg (jenis progesteron baru) pada ibu menopause dan pasca menopause yang dimulai dari usia di atas 49 tahun digabung dengan kalsium 800 mg, senam pencegahan dan senam osteoporosis memberi respons bagus terhadap gejala menopause. Kombinasi terapi farmakologi dan non farmakologi itu juga menstabilkan berat badan, tekanan darah, menjaga kulit tetap halus, serta meningkatkan kepadatan tulang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com