Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Si Jambul Merah Bernama Julang Jambul Hitam

Kompas.com - 16/07/2009, 14:35 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Jenis burung kedua yang masuk dalam seri perangko "Pusaka Hutan Sumatera" adalah julang jambul-hitam (Aceros corrugatus). Burung jenis ini adalah anggota suku Bucerotidae yang terbatas di hutan primer dataran rendah dan hutan rawa sampai ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut.

Di Indonesia, burung ini tersebar di Sumatera, Kepulauan Batu, dan Kalimantan. Karena semakin sulitnya mencari burung jenis ini, International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengelompokkan julang jambul-hitam ke dalam status "Mendekati Terancam Punah" (Near Threatened/NT).

Ancaman terhadap julang jambul-hitam bukan hanya laju kehilangan habitat dan kebakaran hutan, namun juga pergerakannya yang cenderung menghindari hutan terdegradasi atau hutan sekunder.

Di dalam keluarga julang, julang jambul-hitam tergolong berukuran sedang dengan panjang 74 cm serta berbulu hitam dan putih. Tidak seperti namanya, julang jambul-hitam, jambul yang dimiliki burung ini ternyata berwarna merah. Jambul merah itu berkerenyut dan melengkung di atas kepala hingga setengah paruhnya. Jambul ini hampir mirip dengan jambul pada ayam jantan namun ukurannya lebih besar.

Paruh besarnya yang berwarna unik seperti berdegradasi warna dari kuning ke merah. Warna kuning di ujung paruh dan warna merah di pangkal paruh. Sekeliling matanya yang berwarna biru muda menambah pesona burung ini.

Perbedaan burung jantan dan betina terlihat dari perbedaan warna bulu. Burung jantan berwarna hitam di bagian kepala dan berwarna putih di bagian ekornya. Burung betina hampir mirip dengan burung jantan, namun burung betina berleher kebiru-biruan.

Julang jambul-hitam memiliki dua jenis suara, yaitu suara bergema dalam: "rowwow" atau "wakowwakowkow" yang disuarakan dari puncak pohon atau waktu terbang dan suara kontak kasar: "kak..kak.."

Mereka biasa hidup sendiri atau dalam kelompok hingga 30 ekor. Mereka hidup dengan mencari makan di atas atau di antara tajuk pohon ara yang mencuat. Pergerakan lokalnya sangat luas sehingga memungkinkan mereka untuk mencari pohon yang berbuah.

Perkembangbiakannya hanya berlangsung sekitar 4 bulan. Sang betina hanya bertelur pada bulan Januari sampai Mei lalu bersarang di lubang pohon besar yang ditutupi dengan liur dan sisa makanannya.

Salah satu keindahan alam ini akan sangat sayang bila dibiarkan punah begitu saja. Untuk itulah, mari bersama-sama kita lestarikan kekayaan Indonesia!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com