Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habitat Owa Jawa Terancam

Kompas.com - 26/06/2009, 21:39 WIB

LEBAK, KOMPAS.com — Habitat owa jawa (Hylobates moloch) atau kera berbulu abu-abu di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terancam akibat perusakan hutan oleh manusia.

Kepala Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak Nurly Edlinar, Jumat (26/6), mengatakan, habitat owa jawa di TNGHS sudah mengalami degradasi sehingga mereka terancam kehilangan mata rantai makanan.

Makanan primata itu adalah dedaunan, buah-buahan, dan terkadang makan serangga sebagai tambahan protein.

Selama ini, populasi owa jawa merasa terganggu, baik dengan adanya pembukaan lahan, maupun penebangan pohon liar oleh masyarakat sekitar TNGHS.

Berdasarkan laporan, kerusakan hutan di kawasan TNGHS mencapai 24.550 hektar, di antaranya seluas 8.550 hektar dalam kondisi rusak parah dan harus dihijaukan.

"Kerusakan hutan itu tentu berdampak terhadap ekosistem habitat owa jawa," katanya.

Menurut dia, owa jawa dalam mencari makan selalu berpindah-pindah secara berkelompok menjelajah dari satu pohon ke pohon lainnya.

Secara garis besar, kelompok primata itu menggunakan empat pola lokomotor yakni bergantung, berjalan, memanjat, dan melompat.

Hewan itu sering lebih agresif dalam beraktivitas ketika siang hari saat Matahari bersinar terik dan suhu udara panas.

Mereka lebih banyak mendiami hutan dataran rendah yang mempunyai tajuk pohon yang rapat sebagai populasi habitatnya.

Oleh karena itu, untuk menyelamatkan binatang itu harus dilakukan pengayaan pohon pakan dan pohon tidur.

Pengayaan pohon pakan dan pohon tidur dilakukan di hutan sekunder yang berada dalam kawasan TNGHS dengan cara menanam jenis tumbuhan asli yang biasa digunakan owa jawa.

Owa jawa termasuk binatang primata yang dilindungi dan hanya ditemukan di Pulau Jawa bagian barat, di antaranya di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), Gunung Pangrango, dan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

Sekarang diperkirakan populasi owa jawa terus berkurang karena kerusakan hutan dan perburuan. "Saya berharap masyarakat tidak melakukan penebangan hutan karena banyak ekosistem satwa yang dilindungi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com