Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena yang Mati Gajah, Kasusnya Jadi Tak Jelas

Kompas.com - 24/06/2009, 14:17 WIB

RIAU, KOMPAS.com - Penyelidikan kasus kematian dua gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) binaan Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas, Kabupaten Siak, Riau, terancam tidak bisa diteruskan akibat mengalami kebuntuan.

"Proses penyelidikan untuk mencari tersangka sulit dilakukan karena sidik jari yang diduga tertinggal di gading gajah telah hilang," kata Kepala Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Rahman Siddik di Teluk Kuantan, Rabu (24/6).

Kebuntuan itu muncul untuk menemukan tersangka, sebab barang buktinya sudah rusak.

Ia mengatakan hal itu terkait kematian dua ekor gajah jantan peliharaan PLG Minas yakni Rege dan Tomi pada 7 Mei 2009. Kedua gajah jantan ini ditemukan mati tanpa gading setelah memakan buah nenas yang diberi racun sianida.

Kematian hewan langka itu dilatarbelakangi perburuan gading gajah namun para pemburu tidak sempat membawa kabur dua pasang gading itu diduga karena takut ketahuan.

Selain dua pasang gading, maka para pelaku juga meninggalkan sejumlah barang bukti seperti sepasang sepatu dan sebuah tas yang berisi kapak, senter, tali plastik dan tiga bungkus rokok.

Menurut Rahman Siddik, BBKSDA Riau dan Kepolisian Sektor Minas yang menyelidiki kasus itu tidak menemukan sidik jari di gading yang tertinggal karena benda tersebut sempat dicuci dengan air setelah disita dari tempat kejadian perkara.

Proses penyelidikan bisa jadi terbuang percuma padahal polisi telah mengambil sidik jari dan meminta keterangan seluruh petugas PLG Minas.

Berdasarkan informasi, pelaku yang membersihkan gading adalah petugas PLG Minas atas suruhan dari seorang pegawai BBKSDA Riau. Dugaan keterlibatan orang dalam terkait penghilangan barang bukti tidak dibantah Rahman Siddik.

"Entah orang itu memang bodoh atau bisa saja ada motif lainnya. Padahal seharusnya barang bukti yang ada harus steril dan tidak boleh sembarangan disentuh karena untuk kepentingan penyelidikan," ujar Rahman Siddik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com