Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerajinan Tambir Ramai Peminat

Kompas.com - 23/06/2009, 18:42 WIB

BANTUL, KOMPAS.com — Sentra kerajinan anyaman bambu yang memproduksi tambir di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Bantul, tidak pernah sepi permintaan. Permintaan sudah berdatangan bahkan sebelum perajin menyelesaikan pengerjaan pembuatan tambir. Dari tahun ke tahun permintaan tambir terus meningkat dengan pangsa pasar ke Surabaya dan Jakarta.

Lebih dari 150 kepala keluarga di Dusun Seropan II, Desa Muntuk, Dlingo, misalnya, bisa memproduksi hingga lebih dari 20.000 buah tambir setiap bulannya. Di Kecamatan Dlingo ada tiga dusun yang menjadi sentra produksi tambir yaitu Dusun Seropan I, Seropan II, dan Seropan III.

Semua produk tambir pasti laku terjual. Belum ada barang saja, pedagang dari luar daerah sudah memberi uang dulu, kata pengepul dari Dusun Seropan II, Sri Sumarsih, Selasa (23/6).

Perajin tambir di Dusun Seropan II , Winar, Suwardi, dan Sainem mengaku sudah menekuni pembuatan kerajinan dari anyaman bambu tersebut secara turun temurun. Tambir yang bentuknya hampir mirip dengan tampah ini biasa digunakan sebagai wadah penyimpanan bahan makanan maupun wadah penjemuran.

Tingginya jumlah permintaan tambir menyebabkan seluruh warga di Dusun Seropan I, Seropan II, dan Seropan III menjadikan pembuatan tambir sebagai mata pencaharian sampingan setelah bertani. Pembuatan kerajinan tambir semakin marak seusai musim panen padi tadah hujan.

Tiap hari, Winar dan keluarganya bisa menghasilkan hingga 10 tambir yang dijual Rp 2.500-Rp 2.900 per buah. Harga tersebut akan naik menjadi Rp 3.200 di tingkat pengepul.

Sri menambahkan bahwa permintaan kerajinan tambir pada tahun ini meningkat hingga 25 persen dibanding tahun lalu. Dia terbiasa menyuplai hingga 2.500 buah tambir ke Surabaya. Di Dusun Seropan II, terdapat delapan pengepul dengan volume pengiriman yang hampir sama.

Semua perajin bambu lebih memilih membuat tambir karena mudah dijual dan pembuatannya relatif gampang. Akibatnya, di tiga sentra kerajinan tambir tersebut tidak ada keragaman produk kerajinan bambu jenis lain selain tambir.

Bahan baku berupa bambu apus atau bambu wulung didatangkan dari Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo. Tiap batang bambu yang dibeli dengan harga Rp 8.000 bisa menghasilkan hingga delapan buah tambir. Bambu lokal dari Dlingo sudah habis dan tak lagi mencukupi untuk pembuatan kerajinan tambir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau