Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Spinhuis ke Schouwburg

Kompas.com - 05/06/2009, 11:31 WIB

PADA tahun 1641 didirikan penjara wanita di Kubu Zeeland. Sekitar tahun 1650 didirikan spinhuis yaitu rumah  tempat  tawanan wanita harus memintal. Tempat lama ada di Jalan Tiang Bendera kemudian dibongkar dan dibangun kembali pada 1715. Di samping penjara terdapat sekolah dan rumah sakit Tionghoa. Spinhuis yang baru kemudian juga digunakan untuk orang Tionghoa yang gila. Pada 1821 dibongkar dan bahannya dipakai untuk gedung kesenian.

Demikian salah satu catatan kaki yang ditulis Adolf Heuken dalam buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta. Catatan kaki ini dibikin untuk menjelaskan tentang cikal bakal Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Pada halaman lain buku itu dijabarkan tentang Kubu Zeeburg. Kubu ini semula ada di sisi barat  tembok kota yang menempel di gudang VOC yang kini menjadi Museum Bahari. Dari tembok kota di depan museum, mula-mula ke arah utara lalu berbelok tajam ke barat. Tempat tembok kota berbelok tajam ke barat itu disebut Kubu Zeeburg. 

 Sementara itu HCC Clockener Brousson, mengutip  catatan harian seorang serdadu Belanda yang tiba di Batavia sekitar awal abad 20,  menorehkan, "Kami sampai di jalan lurus indah yang teduh dan melewati vrijmetselaasrweg  dengan bangunan milik Loge (perkumpulan kaum teosifi) De Ster in het Oosten atau Bintang di Timur alias Rumah Setan."  Perkumpulan Bintang di Timur (yaitu perkumpulan vrijmetselaar atau perkumpulan rahasia) itu menurut Heuken, menempati gedung yang dibikin pada tahun 1848 setelah sebelumnya mengganti bangunan yang dibangun pada 1837.

Serdadu itu melanjutkan catatannya, "Di sebelah kiri kami melewati bangunan cukup besar, de Bataviasche Schouwburg. Di gedung itulah tampil kelompok tonil Belanda, opera Italia, dan kelompok operet Inggris." Ruangan gedung ini dibagi-bagi menjadi ruang duduk, kandang kuda, taman bunga, beranda depan dan samping. Karcis tanda masuk seharga f 4.50; f 3.50; f 2.50; f 1.50; f 0,75. Gedung ini terletak di sudut di mana trem belok ke kiri.

Gedung Stadtsschouwburg (teater kota) yang dibangun pada 1821 oleh Lie Atje menggunakan bahan bangunan bekas spinhuis ini juga biasa disebut sebagai gedung komedi, demikian catatan Heuken. Penulis buku-buku sejarah Jakarta ini menyebutkan posisi GKJ yaitu di seberang jalan pada pojok Jalan Gedung Kesenian dan Jalan Pos. Mudahnya, bangunan yang dipugar secara menyeluruh pada tahun  1987 ini terletak di seberang Passer Baroe.

Dalam buku Perkembangan Kota Jakarta yang ditulis DR Abdurrachman Surjomihardjo tahun 1973, embrio Schouwburg sebenarnya sudah terbentuk di masa pemerintahan Thomas Stamford Raffles. Di masa pemerintahan Inggris 1811-1816 ini, tumbuh satu perkumpulan sandiwara yang anggotanya terdiri dari para opsir tentara Inggris. Mereka mengadakan pertunjukan di dalam bangunan yang terbuat dari bambu.

Setelah Inggris menyerahkan kekuasaan kembali ke Belanda, gedung yang disebut sebagai Teater Militer ini digunakan untuk pementasan drama Belanda. Tanggal 7 Desember 1821 gedung kesenian pun dibangun. Setelah bangunan kelar dan sempat kesulitan dana, kedatangan rombongan pemain Perancis pun menghidupkan kembali gedung ini, juga Batavia. Kedatangan kelompok pemain professional ini – meski menurut Heuken biasanya pemain Perancis yang datang adalah yang tidak laku lagi di negaranya – menyelamatkan Schouwburg.

Kondisi gedung ini kembali buruk di masa penjajahan Jepang karena gedung ini tak digunakan sebagai gedung kesenian tapi markas tentara. Untung akhirnya fungsi gedung ini dikembalikan sebagai gedung pertunjukan dengan nama Kiritsu Gelitzyoo.

Sebelum Jepang tiba, gedung ini menjadi tempat Kongres Pemoeda pertama pada tahun 1926. Sementara itu di sekitar akhir Agustus 1945 Presiden Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNPI). Gedung ini juga sempat berganti fungsi di tahun 1950-an sebagai ruang kuliah malam bagi mahasiswa Universitas Indonesia untuk kemudian pada periode 1968 hingga 1985 digunakan sebagai bioskop Dana dan City Theatre.

Di antara tahun 1986 dan 1987 gedung ini dipugar dan kembali dijadikan gedung pertunjukan. Hingga kini, pergelaran yang ditampilkan di gedung ini biasanya pagelaran yang cukup berkelas dan bermutu.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com