Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kali Pertama, Bengkayang Evaluasi Kerusakan Terumbu Karang

Kompas.com - 01/06/2009, 10:46 WIB

PONTIANAK, KOMPAS.com — Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Kalimantan Barat melakukan evaluasi kondisi terumbu karang di perairan Pulau Randayan, Kabupaten Bengkayang, mulai 1 hingga 4 Juni 2009.
    
"Evaluasi kerusakan terumbu karang yang baru pertama kali dilakukan di Kalbar ini akan melibatkan belasan penyelam profesional Indonesia," kata Kepala BPSPL Kalbar Andi Rusandi di Pontianak, Senin (1/6).
    
Evaluasi itu dilakukan agar pihaknya bisa mengetahui secara pasti seberapa parah kerusakan terumbu karang di perairan Pulau Randayan yang merupakan sentra penangkapan ikan di sekitar pulau tersebut. "Tujuan kami melakukan evaluasi terhadap kerusakan terumbu karang di sekitar pulau itu agar ke depan kami mempunyai data yang valid, tidak seperti sekarang yang hanya mempunyai data kerusakan terumbu karang secara global," katanya.
    
Ia mengatakan, kalau dilihat secara kasat mata, ada beberapa titik di perairan pulau itu yang tingkat kerusakan terumbu karangnya sangat memprihatinkan dan beberapa titik lainnya masih dalam kondisi bagus.
    
"Ke depan kami akan melakukan evaluasi tingkat kerusakan terumbu karang di beberapa perairan, di antaranya di perairan Tanjung Dato, Kabupaten Sambas; kawasan perairan Pulau Randayan di Kabupaten Bengkayang; perairan di Pulau Karimata, Kabupaten Kayong Utara; serta perairan Pulau Cempedak, Bawal, dan Sawi di Kabupaten Ketapang," ujarnya.
    
Andi mengatakan, di kawasan perairan yang akan dievaluasi merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya kelautan dan memiliki beberapa spesies langka yang dilindungi oleh UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem.
    
Ia menambahkan, kerusakan terumbu karang itu sangat berpengaruh pada hasil tangkap para nelayan. Dengan rusaknya eksosistem di laut, tidak ada tempat untuk ikan berkumpul. Akibatnya, ikan-ikan itu pun bergerak ke lautan lepas yang sulit untuk dijangkau oleh para nelayan, terutama yang menggunakan kapal dan alat tangkap tradisional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com