Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

150 Anak Penyu Dilepas

Kompas.com - 26/05/2009, 22:29 WIB

BENGKULU, KOMPAS.com — Sebanyak 150 tukik atau anak penyu dilepaskan oleh kelompok pelestarian penyu Desa Retak Ilir, Kecamatan Sungai Rumbai, Kabupaten Mukomuko, yang merupakan binaan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bengkulu.
   
"Sebanyak 150 tukik yang dilepas itu terdiri dari campuran penyu sisik dan penyu hijau," kata Kasubdin Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil DKP Provinsi Bengkulu Rinaldi, Selasa (26/5).

Program ini merupakan kerja sama DKP provinsi dengan Pemkab Bengkulu Utara dan pelepasan di Pantai Retak Ilir yang dilakukan Senin kemarin, dihadiri Bupati Mukomuko Ichwan Yunus.

Selain melepaskan 150 tukik, saat ini kelompok Penyu Lestari yang beranggotakan 21 nelayan dan petani setempat juga menangkar 500 tukik berumur satu bulan dan delapan sangkar telur yang belum menetas.

Penangkaran anak penyu mulai dilakukan masyarakat setempat sejak tahun 2007, dan pada tahun 2008 dilepaskan sebanyak 300 tukik.

"Untuk mendukung program ini, Bupati Mukomuko sudah mengeluarkan SK Nomor 450 Tahun 2008 tentang Penetapan Desa Air Rami, Desa Retak Ilir, dan Desa Air Hitam sebagai Kawasan Pelestarian Penyu," ungkapnya.
   
Pantai Retak Ilir dan pantai di dua desa lainnya tersebut merupakan kawasan persinggahan penyu untuk bertelur dan sebagian kawasan merupakan daerah Cagar Alam Air Hitam di bawah pengelolaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).
   
Kawasan pantai ini rutin didatangi beberapa jenis penyu untuk bertelur, antara lain jenis penyu hijau, sisik, dan penyu lekang.
   
Penangkaran yang dilakukan saat ini guna melindungi telur-telur penyu dari aksi pencurian warga atau dimangsa oleh biawak dan babi hutan.
   
Praktik pencurian telur penyu, kata dia, masih tergolong tinggi karena satu butir telur dihargai Rp 1.800, sementara di warung makan dijual Rp 3.000 per butir.
   
"Kita sangat menghargai kinerja kelompok ini dengan keterbatasan dana untuk memelihara tukik hingga berumur tiga bulan sampai bisa dilepaskan ke laut lepas, dan biayanya tidak murah karena makanannya udang yang harganya lumayan mahal," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com