Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minim, Kesadaran untuk Uji Emisi!

Kompas.com - 18/04/2009, 17:09 WIB

JAKARTA,KOMPAS.com - Matahari tampak bersinar cerah di langit, namun pandangan mata terasa terbatas, seakan-akan kabut tebal menutupi pemandangan. Saat menarik napas, bukannya merasa lega, justru dada terasa sesak. Udara yang ada di sekeliling pun terasa pengap. Kondisi itu mungkin sering kali anda alami saat berada di kota besar seperti Jakarta, udara di Jakarta tidak bisa dikatakan sehat, polusi udara ada dimana-mana. Bahkan WHO menyebutkan Jakarta sebagai salah satu kota terpolusi di dunia.

Timbul pertanyaan, apa penyebab kualitas udara di Jakarta sangat rendah? Jika diperhatikan, ternyata penyebabnya adalah polusi yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Kendaraan yang berlalu-lalang membuat gas sisa pembakaran mereka seenaknya. Banyak dari kendaraan tersebut mengeluarkan asap hitam pekat, tak peduli pengedara lain terganggu.

Pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor ini tidak saja mengganggu kesehatan makhluk hidup terutama manusia, akan tetapi juga mampu meningkatkan suhu pada suatu lingkungan sering disebut efek rumah kaca. Melihat semakin parahnya polusi udara yang terjadi di Jakarta, semenjak beberapa tahun belakangan pemda DKI semakin gencar mendorong para pemilik kendaraan, khususnya mobil untuk melakukan uji emisi. Namun rupanya usaha Pemda tersebut belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Sampai saat ini, mobil-mobil dengan asap yang hitam, masih bebas berkeliaran di jalan protokol. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya uji emisi tersebut juga masih sangat minim.

Seperti yang dikatakan, Maryata (49), warga Slipi ini baru melakukan uji emisi pada mobilnya sebanyak dua kali, padahal ia telah membeli mobil tersebut sejak tahun 2004. Untuk melakukan uji emisi, Maryata juga lebih memilih untuk mencari 'gratisan'. "Saya sudah kali uji emisi, kalau ada pihak yang membuat uji emisi gratis, baru saya datang itu pun kalau jaraknya tidak jauh," katanya, Sabtu (18/4).

Dia menyebutkan, lebih menyukai mencari pelayanan uji emisi karena, masih banyak kebutuhan lain. Hal yang senada juga disampaikan, Alfario (35) memang saat in, untuk uji emisi Rio menyerahkan kepada perusahaan taksi tempatnya bekerja. Tapi jika ia mempunyai mobil pribadi, Rio tidak mempunyai niat untuk melakukan uji emisi. "Enggak ada sanksi khusus kan kalau enggal ikut uji emisi, kalau sakit pun kita sendiri yang menanggung," terangnya.

Padahal Rio sendiri merasa udara di Jakarta semakin tidak enak. Sedang menurut Bambang Setyono, Manager Operational Bengkel Nawilis, selama ia melakukan uji emisi di Jakarta, memang ada kenaikan jumlah pengendara yang melakukan uji emisi, namun jumlahnya sangat sedikit. "Dari tahun lalu, kenaikan hanya berkisar dua persen," katanya.

Bambang melihat kecilnya angka tersebut, karena masyarakat belum menyadari betapa berbahayanya karbon hasil pembakaran kendaraan bermotor. "Mungkin hasilnya tidak terasa di kita, tapi nanti pada generasi seterusnya. Selain itu, sanksi yang tegas belum diterapkan bagi para pelanggar, padahal aturan sudah ada," kata Bambang.

Layanan uji emisi gratis justru ramai. Di bengkel-bengkel sangat jarang pengemudi datang untuk melakukan uji emisi pada kendaraannya, Bambang mengatakan, dalam satu hari hanya satu-dua pelanggan yang melakukan uji emisi, itu pun tidak setiap hari. "Mungkin mereka melakukan uji emisi itu mahal dan lama. Padahal tidak seperti itu, cukup dengan membayar Rp.50.000 dan menunggu 15 menit uji emisi sudah selesai," kata dia.

Bambang menambahkan Setelah dinyatakan lulus uji emisi, kendaraan akan mendapat stiker dan sertifikat tanda lulus uji emisi. Pemandangan berbeda justru terjadi di halaman parkir Mal Ciputra. Terlihat antrean mobil untuk melakukan uji emisi secara gratis. Adrian, Promotion Coordinator Mal Ciputra menerangkan, semenjak pagi banyak pengunjung yang mendaftar uji emisi gratis. "Baru dua jam yang mendaftar sekitar 20, animo masyarakat cukup tinggi," terangnya.

Menurutnya acara tersebut dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan uji emisi, agar tercipta udara yang sehat. Namun banyaknya pengunjung yang melakukan uji emisi gratis tersebut menimbulkan pertanyaan. Apakah mereka datang memang karena kesadaran akan pentingnya uji emisi atau hanya memanfaatkan moment 'gratisan' ini? Lalu setelah itu, apakah penguji akan tersadar dan dengan suka rela melakukan uji emisi setiap enam bulan sekali, atau akan mencari moment layanan gratis yang sama?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com