Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Macan Tutul di Gunung Halimun-Salak Terancam Punah

Kompas.com - 13/04/2009, 21:49 WIB

LEBAK, KOMPAS.com - Populasi macan tutul (Panthera pardus) di hutan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) terancam punah akibat pemburuan yang dilakukan warga sekitar sehingga perlu dilakukan pengamanan.

"Sekitar tahun 1900-an populasi macan tutul diperkirakan 50 sampai 100 ekor, namun saat ini sulit ditemukan jejaknya," kata Kepala Bidang Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Kabupaten Lebak, Asep Mauladi di Rangkasbitung, Senin (13/5).

Asep mengatakan, selama ini populasi macan tutul di kawasan TNGHS semakin berkurang, bahkan terancam punah karena saat ini keberadaan macan tutul yang ada diperkirakan antara 10 sampai 17 ekor. Perkiraan tersebut berdasarkan pendataan yang diterima dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA).

Oleh karena itu, pihaknya merasa prihatin dengan berkurangnya populasi macan tutul tersebut. "Saya berharap polisi hutan Balai konservasi TNGHS melakukan kOrdinasi untuk pengamanan satwa-satwa langka itu," katanya.

Saat ini, Balai Konservasi TNGHS tidak ada kordinasi dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lebak untuk melakukan pengamanandan serta pengawasan binatang langka itu.  Sebagian besar kawasan TNGHS masuk pada wilayah Kabupaten Lebak, selain Bogor dan Sukabumi sehingga pihaknya juga merasa tanggung jawab untuk melakukan pengamanan dan pengawasan satwa langka tersebut.

"Kalau populasi macan tutul punah tentu yang merugi kita sendiri termasuk anak dan cucu," ujarnya.

Dia menyebutkan, pihaknya pernah melakukan pengamanan macan tutul tahun 1900-an di Blok Cikijang Cibeber dan Gunung Gede Panggarangan saat itu pihaknya menemukan puluhan jejak macan tutul. Namun demikian, saat ini pihaknya sulit untuk menemukan macan tutul akibat adanya pemburuan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

"Saya kira jika pengamanan di TNGHS tidak ketat kemungkinan satwa langka lainya juga bisa punah," ujarnya.

Sementara itu, sejumlah pencinta binatang langka Kabupaten Lebak mengaku saat ini banyak pemburuan masuk ke wilayah hutan konservasi TNGHS. Mereka melakukan pemburuan dengan menggunakan anjing sebagai alat pelacak.

"Hasil pemburuan itu mereka dijual dalam keadaan hidup-hidup. Jika kondisi mati biasanya digunakan air pengeras," kata Dede (35) warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com