Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ubah Sampah Jadi Kompos Bokashi

Kompas.com - 17/03/2009, 22:19 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda kejadian di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Bandung juga Bantar Gebang?. Tragis dan memilukan. Orang mati gara-gara tertimbun sampah. Padahal perilaku kita yang "suka nyampah" adalah faktor penyebab utama tragedi itu.

Nah bila sudah begini apakah persoalan sampah akan kita biarkan berlanjut, sementara ada solusi untuk menyelesaikannya. Inilah yang dikemukakan oleh Hasmar Rusmendro, dosen fakultas Biologi Universitas Nasional dalam bedah sains "Mengubah Sampah menjadi Sumber Rupiah" di Jakarta, Sabtu (14/3).

"Atas dasar itu, perlu solusi menyikapi sampah dengan 4 R, yakni mengurangi jumlah sampah (reduce), memanfaatkan kembali (reuse), mendaur ulang (recycle) dan mengganti (replace) sejak dari sumber sampah," katanya.

Cara paling jitu adalah memanfaatkan kembali sampah-sampah organik untuk diubah menjadi kompos. Tak perlu repot mencarinya, karena 70 persen sampah Indonesia merupakan sampah organik, berupa sisa-sisa makanan, tanaman (rerumputan, daun), kotoran hewan dan sampah yang bersifat degradebel (mudah diuraikan).

Hasmar pun membagi resep mengubah sampah organik menjadi Kompos Bokashi. Menggunakan bahan utama jerami 200 kg, dipotong potong sepanjang 5-10 cm dan sekam 200 kg. Kedua bahan ini kemudian dicampur dengan dedak 10 kg, gula pasir 10 sendok makan dan cairan EM4 20 sendok makan ditambah air secukupnya. EM4 merupakan larutan fermentasi bagi proses pembusukan unsur organik.

langkah pertama, larutkan EM4 dan gula kedalam air, sementara jerami, sekam dan dedak dicampur secara merata. Setelah itu larutan EM4 secara perlahan ke dalam adonan hingga kandungan air adonan mencapai 30 persen. Bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan dan bila kepalan dilepas maka adonan akan megar. "Bila hal itu belum terpenuhi, adukan belum sempurna, kembali melakukan pengadukan ulang," sanggah Hasmar.

Adonan tadi selanjutnya ditumpuk di atas ubin kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari. Pertahankan suhu gundukan adonan antara 40-50 derajat celcius. Jika suhu lebih dari 50 derajat celcius, bukalah karung penutup dan gundukan adonan dibolak-balik, kemudian kembali tutup dengan karung goni. Diamkan selama empat hari.

"Karena suhu tinggi dapat mengakibatkan adonan menjadi rusak karena terjadinya proses pembusukan. Selain itu usahakan pengecekan suhu lakukan setiap 5 jam," jelas Hasmar.

Setelah empat hari, maka adonan telah terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk organik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com