WASHINGTON, KOMPAS.com — Para geolog Amerika Serikat telah memetakan jenis batuan di bawah tanah yang diketahui mampu menyerap karbon dioksida. Keberadaan batuan ini merupakan salah satu solusi untuk mengurangi kandungan karbon dioksida di atmosfer.
Batuan yang disebut ultramafik ini mengandung mineral yang dapat bereaksi secara alami dengan karbon dioksida membentuk mineral padat. Proses yang disebut karbonasi ini berpeluang dijadikan mekanisme penyimpanan karbon dioksida agar tidak lepas ke udara.
Masalahnya, reaksi karbonasi secara alami berjalan sangat lambat dan membutuhkan waktu ribuan tahun. Namun, saat ini sudah dikembangkan teknik akselerasi karbonasi dengan melarutkan karbon dioksida ke dalam air kemudian menyuntikanya ke batuan tersebut.
"Hal tersebut menawarkan penyimpanan secara permanen emisi karbon dioksida," ujar Juerg Matter, ilmuwan dari Observatorium Bumi Lamont-Doherty di Columbia.
Sampai saat ini, para ilmuwan AS telah memetakan setidaknya 15.500 kilometer persegi batuan ultramafik yang paling ideal dipakai untuk menyimpan karbon dioksida. Batuan tersebut kebanyakan memanjang di pantai barat ke timur. Jika seluruhnya dipetakan, batuan ultramafik di AS diperkirakan cukup untuk menampung emisi karbon dioksida di AS selama 500 tahun.
Para ilmuwan berharap pemetaan ini tidak hanya berhenti di AS namun juga di seluruh dunia sebagai upaya bersama mengatasi pemanasan global. Selain batuan ultramafik, batuan jenis lain yang disebut basalt vulkanik juga dapat menangkap karbon. Usaha untuk memetakan kedua jenis batuan tengah dijajaki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.