TENGGARONG, RABU — Dua pesut mahakam (Orcaella brevirostris) yang terperangkap di suatu genangan air berhasil diselamatkan kalangan warga Kampung Pela, Kecamatan Kotabangun, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Senin (2/3) sore.
"Yang berhasil diselamatkan adalah induk dan anak pesut," kata Direktur Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Budiono di Samarinda, Rabu (4/3). Yang induk usia tujuh tahun, panjang dua meter, dan bobot 200 kilogram. Yang anak usia tiga tahun, panjang 1,3 meter, dan bobot 130 kilogram.
Pesut itu mungkin masuk lewat kampung saat banjir sebulan lalu, kata Saldian (36), warga Kampung Pela, yang dihubungi dari Samarinda, Rabu.
Saldian dan Budiono mengatakan, genangan yang mirip danau itu sebenarnya cekungan yang terendam banjir di dekat permukiman. Warga rata-rata nelayan Sungai Mahakam dan pembudidaya ikan lewat keramba-keramba.
Saldian, lelaki yang akrab dipanggil Alol, mengatakan, di genangan air itu banyak ikan. Warga membentangkan jaring-jaring atau rengge. Warga awalnya tidak tahu kalau ada pesut tetapi menjumpai rengge banyak yang jebol.
"Setelah kami telusuri ternyata ada pesut makanya kami hubungi RASI," kata Saldian.
Budiono mengatakan, di lokasi yang banyak ikan sebagai pakan itulah yang dituju pesut. Informasi adanya pesut yang terperangkap diterima Senin pagi dan sore hari berhasil ditangkap, diangkat, dan dipindahkan ke Sungai Pela, anak Sungai Mahakam.
Budiono meyakini, pesut itu berkeliaran di sekitar Kampung Pela di dekat Sungai Mahakam. Pesut masuk lewat semacam saluran yang terhubung dengan Sungai Pela. Saluran itu dalamnya 40 sentimeter sedangkan genangan air 1,5 meter yang saat banjir lebih dalam lagi.
Saldian mengatakan, warga Kampung Pela amat dekat dengan pesut sebab ibarat bagian dari kehidupan warga. Karena itulah penyelamatan pesut yang terperangkap tadi melibatkan hampir 200 orang.
Budiono gembira sebab warga punya pengetahuan alami memperlakukan pesut dengan baik. Untuk menangkap pesut , warga memakai selimut tebal. Warga pun melepaskan pakaian agar saat terjadi kontak dengan tubuh pesut tidak terluka oleh aksesori pakaian seperti sabuk dan kancing besi.
Saat ini, menurut Budiono, populasi pesut mahakam sekitar 90 ekor. Pesut dijumpai di Kecamatan Muara Pahu pada pertemuan antara Sungai Kedang Pahu dengan Sungai Mahakam dan di Kecamatan Muara Kaman pada pertemuan antara Sungai Kedang Rantau dengan Sungai Mahakam.
Budiono mengatakan, gangguan terhadap pesut ialah lalu lalang kapal dan rengge. Suara kapal mengganggu sistem sonar untuk mencari ikan dan berkomunikasi dengan pesut lainnya. Jaring nelayan dari nilon tidak bisa dideteksi pesut sehingga pesut terperangkap dan akhirnya mati.
Gangguan terhadap habitat bisa berasal dari pencemaran oleh tambang batu bara dan penangkapan ikan yang tidak lestari. Pencemaran mengakibatkan pesut tidak bisa hamil atau steril. Penangkapan ikan membuat pesut kehilangan sumber makanan dan akhirnya mati.
Warga di Kecamatan Muara Pahu menganggap penting keberadaan pesut sehingga perlu dilestarikan. Pesut membantu masyarakat memahami fenomena banjir dan membantu nelayan mencari tempat yang banyak ikan.
Jika tidak ada pesut berkeliaran di sungai-sungai di Muara Pahu itu merupakan tanda bahwa Sungai Mahakam akan meluap dan banjir sehingga masyarakat bisa mengantisipasi sebelumnya. Keberadaan pesut sekaligus menandakan keberadaan ikan sehingga nelayan bisa dengan mudah menangkap ikan. Namun, penangkapan ikan dengan kail atau jaring beberapa kali melukai bahkan membunuh pesut. (BRO)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.