Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katak Langka dan Khas Sebaiknya Jadi Maskot Daerah

Kompas.com - 27/02/2009, 22:38 WIB

BANDUNG, JUMAT - Keanekaragaman dan keunikan katak di Indonesia mungkin sebaiknya diublikasikan lebih luas sebagai lambang daerah. Hal tersebut juga akan membantu menyelamatkan berbagai jenis katak dari kepunahan.

Demikian dikatakan Herpetolog (peneliti katak) dari Sekolah Ilmu Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Djoko Tjahjono Iskandar dalam workshop tentang katak di Kebon Binatang Bandung, Jumat (27/2).

Menurut Djoko, selain, memiliki peranan penting dalam rantai makanan, katak adalah indikator perubahan iklim dan cuaca. Cacat atau hilangnya jenis katak tertentu di suatu tempat bisa menjadi indikasi kerusakan lingkungan atau perubahan iklim di sekitarnya.

"Berbagai macam cara bisa dilakukan untuk melindungi sekitar 400-500 spesies katak yang terdata di Indonesia. Paling depan tentu konservasi lingkungan tapi ada hal lain bisa menjadi alternatif, yaitu mempublikasikan keragaman dan keunikan spesies katak di Indonesia," katanya.

Menurut Djoko, sejatinya katak di Indonesia memiliki banyak keunikan. Di antaranya warna, ukuran, hingga struktur tubuh. Hal itu, diyakini Djoko bisa dipublikasikan sebagai maskot daerah atau taman nasional. Diharapkan setelah dikenal masyarakat, ekosistem dan keberlangsungan hidupnya bisa terjaga.

Djoko mengatakan, beberapa katak itu antara lain katak raksasa (Limnonectes blythii) asal Sumatera. Ukurannya merupakan yang terbesar kedua di dunia. Panjangnya bisa mencapai 25 sentimeter dan berat 1,5 kilogram.

Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!
Kompas.id
Pilih idol K-Pop/aktor K-Drama favoritmu & dapatkan Samsung Galaxy Fit3!

Selain itu, ada katak darah dari Gunung Halimun, yaitu katak merah (Leptophryne cruentata). Katak ini satu-satunya di Indonesia yang berwarna merah darah.

Djoko juga menyebutkan satu-satunya katak di Indonesia yang tidak memiliki paru-paru yaitu katak kepala pipih kalimantan (Barbourula kalimantanensis). Usianya diperkirakan lebih dari 50 juta tahun dan di Indonesia hanya ada satu spesies. Di Indonesia, katak yang bernafas menggunakan kulitnya ini hanya ditemukan di Taman Nasional Baka Bukit Raya, Kalimantan Barat.

Penelitian kurang

"Selain minimnya perhatian atau kesadaran mempublikasikan kekhasan katak, kurangnya tenaga ahli dan peneliti katak ikut memengaruhi tidak dikenalnya keragaman katak Indonesia," katanya. Menurut Djoko, Indonesia hanya memiliki sekitar 20 orang herpetolog. Akibatnya data mengenai jenis katak di Indonesia belum lengkap.

Sangat sedikit data mengenai keberadaan katak di Indonesia untuk dipublikasikan. Diperkirakan, saat ini masih banyak katak di Indonesia yang belum diberi nama atau diketahui keberadaannya.

Ia membandingkan dengan perkembangan penelitian katak di daratan Eropa yang jumlah spesiesnya hanya sekitar 50 jenis katak. Di setiap negara di Eropa, bisa ditemukan minimal satu ahli katak. Mereka memiliki data lengkap mengenai perkembangan katak di negaranya.

Minimnya data juga dikatakan Kepala Urusan Reptil Kebon Binatang Bandung, Ada Suryana. Menurut Ada, hingga kini data mengenai katak sangat minim, baik itu yang dilindungi atau tidak. Baik itu, informasi mengenai spesies, ekosistem, reproduksi, atau jenis makan. Akibatnya, pihaknya sulit untuk mendapatkan jenis katak yang dilindungi untuk disimpan sebagai salah satu koleksi Kebon Binatang Bandung.

"Hingga kini belum ada jenis katak yang dilindungi disimpan di Kebon Binatang Bandung," katanya. 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Bumi Baru Saja Mengalami Hari yang Sangat Singkat, Dan Itu Belum yang Tercepat!
Bumi Baru Saja Mengalami Hari yang Sangat Singkat, Dan Itu Belum yang Tercepat!
Fenomena
Burung Raksasa Purba Moa Akan Dihidupkan Kembali dalam 10 Tahun?
Burung Raksasa Purba Moa Akan Dihidupkan Kembali dalam 10 Tahun?
Oh Begitu
Ribuan Bendungan Dunia Telah Menggeser Kutub Bumi, Mengapa?
Ribuan Bendungan Dunia Telah Menggeser Kutub Bumi, Mengapa?
Oh Begitu
Apakah Bumi Terjebak di Dalam Kekosongan Raksasa di Alam Semesta?
Apakah Bumi Terjebak di Dalam Kekosongan Raksasa di Alam Semesta?
Fenomena
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Kisah Penemuan Kerabat T-Rex, Tersembunyi di Laci Museum Selama 50 Tahun
Fenomena
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Planet Baru Mirip Bumi Ditemukan Mengorbit Bintang Katai 
Fenomena
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Mengapa Evolusi Bisa Menjelaskan Ukuran Testis Manusia Tapi Tidak Dagu Kita yang Unik
Kita
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Paus Pembunuh Berbagi Mangsa dengan Manusia: Tanda Kepedulian atau Rasa Ingin Tahu?
Oh Begitu
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Apakah Kucing Satu-Satunya Hewan yang Bisa Mengeluarkan Suara Mendengkur?
Oh Begitu
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Siapakah Pemburu Terhebat dan Terburuk di Dunia Hewan? 
Oh Begitu
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Misteri Sepatu Raksasa Romawi Kuno, Siapakah Pemiliknya?
Oh Begitu
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Bagaimana Wujud Neanderthal dan Denisovan Jika Masih Hidup Hari Ini?
Kita
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
NASA Temukan Objek Antar-Bintang yang Melintas Cepat di Tata Surya
Fenomena
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Keindahan Planet Merkurius Terlihat Jelas di Langit Senja Juli Ini
Oh Begitu
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Ditemukan, Planet Ekstrem yang Memicu Semburan Energi di Bintang Induknya
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau