Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misi Pengukur CO2 NASA Gagal

Kompas.com - 25/02/2009, 10:41 WIB

WASHINGTON, SELASA — Misi pertama NASA untuk mengukur karbon dioksida (CO2) dari ruang angkasa gagal akibat satu roket peluncur tidak berfungsi.

Para pejabat mengatakan, bagian roket yang menutupi satelit di ujung peluncur itu tidak berhasil memisahkan diri dengan sempurna. Jika penemuan tentang hal ini benar, misi itu akan benar-benar gagal.

Orbiting Carbon Observatory (OCO) bertujuan membantu mengidentifikasi lokasi-lokasi penting di permukaan planet Bumi tempat gas diproduksi dan diserap.

Para pejabat NASA membenarkan peluncuran OCO ini gagal dalam satu jumpa pers, Selasa (24/2). John Brunschwyler dari Orbital Sciences Corp, pembuat roket itu, mengatakan, satelit jatuh di Antartika.

Misi ini diluncurkan dengan roket Taurus XL, roket terkecil yang digunakan badan ruang angkasa itu. Roket jenis ini sudah delapan kali diluncurkan, dua kali gagal, termasuk peluncuran kali ini, namun ini untuk pertama kali Nasa mempergunakannya. Sekarang Nasa akan membentuk dewan penyelidik untuk mencari tahu akar penyebab masalah itu.

Warga melihat roket peluncur itu terbang ke angkasa dari Markas Militer Angkatan Udara Vandernberg, negara bagian California, Selasa (24/2). Pemberitahuan pertama masalah ini dikeluarkan oleh komentator pengendali peluncur Nasa, George Diller. "Ini pengendali peluncuran Taurus. Kami menyatakan peluncuran tidak berhasil malam ini," ujarnya.

"Pesawat ruang angkasa OCO tidak mencapai orbitnya dengan sukses. Mereka masih mencari data telemetri dengan teliti. Tampaknya kami mendapat pertanda bahwa penutup di atas roket tidak berhasil memisahkan diri. Penutup itu tidak berpisah atau tidak lepas dengan sempurna, namun saat ini kami masih mengkaji status pasti pesawat itu."

Pemisahan penutup ini adalah proses terakhir yang harus dilakukan satelit saat terbang ke orbit. Orbital mengatakan, tidak ada perubahan dalam desain penutup itu.

John Brunschwyler meragukan perkiraan bahwa ada hubungan antara kegagalan itu dan masalah aliran listrik yang terjadi sebelum roket diluncurkan. "Ini berada dalam sistem terpisah, jadi saya yakin tidak ada hubungan sama sekali," ujar Brunschwyler kepada wartawan dalam jumpa pers.

Para ilmuwan berharap misi OCO bisa memperbaiki model iklim bumi dan membantu para peneliti mengetahui asal gas rumah kaca dan seberapa besar diserap oleh hutan dan laut.

Hanya sekitar 50 persen karbon yang dikeluarkan ke atmosfer, misalnya dari pembakaran minyak fosil dan pembersihan lahan, tetap berada di sana. Sebagian besar sisanya diserap oleh hutan dan lautan yang berfungsi sebagai "tempat pembuangan". Namun tampaknya ada tempat pembuangan karbon luas yang hilang.

"Semua perhatian kini diarahkan pada alat Gosat milik Jepang untuk mencari tempat pembuangan yang hilang itu," ujar Dr Palmer. Gosat diluncurkan bulan Januari dari Tanegashima, Jepang, dan dibuat untuk memonitor gas rumah kaca di atmosfer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com