Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Habitat Elang Jawa Terancam

Kompas.com - 24/02/2009, 20:39 WIB

BANDUNG, SELASA - Ruang gerak Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) di Jawa Barat semakin terbatas. Hal ini disebabkan minimnya ekosistem hutan akibat perusakan oleh manusia, dampak pemanasan global, dan dampak pestisida.

Menurut Ornitolog Universitas Padjadjaran, Johan Iskandar, Selasa (24/2), di Bandung, sebagai salah satu satwa endemik di Jawa Barat, keberadaan Elang Jawa sangat memprihatinkan.

Ketersediaan tempat hidup Elang Jawa di daerah yang rimbun dan berhawa sejuk semakin sulit didapatkan. Akibatnya, Elang Jawa pun semakin jarang terlihat terbang di udara. Jumlahnya di alam bebas pun tidak dapat dipastikan. Diperkirakan, keberadaannya hanya belasan pasang dengan penyebaran terpisah di berbagai tempat.  

Diperkirakan berada di Hutan Jawa Barat yang masih rimbun sekitar Kebun Raya Bogor. Di antaranya Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, dan Gunung Halimun.

"Dulu sempat terlihat di Leuweung Sancang, Garut tapi seiring dengan perubahan lingkungan di sana, seperti elang Jawa sudah tak bisa ditemukan," katanya.

Akan tetapi, menurut Johan, keadaan terpisah di berbagai tempat itu sebenarnya sinyal berbahaya. Fenomena itu menandakan semakin sempitnya wilayah teritori dan jelajah Elang Jawa. Hal ini sangat berbahaya karena tingkat persaingan pencarian makanan antara Elang Jawa semakin besar.  

"Semakin berbahaya jika dampak pemanasan global yang ditandai daerah rendah lebih panas. Bila itu terjadi, Elang Jawa akan berpindah ke tempat yang lebih tinggi. Artinya, tindakan adaptasi itu akan semakin mempersempit teritori dan daya jelajahnya," katanya.

Dampak pestisida juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain menyebabkan kematian bila terhirup langsung, pestisida juga menganggu mata rantai makanan dan proses menghasilkan keturunan.  

"Bila elang betina memakan binatang yang teracuni pestida, cangkangnya tipis dan cepat pecah. Padahal, elang betina biasanya bertelur dua atau tiga butir saja," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com