Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengolah Limbah Mendong, Jadi "Fancy Paper" Bernilai Tinggi

Kompas.com - 18/02/2009, 11:56 WIB

 
BANDUNG, RABU - Limbah mendong yang selama ini tak bernilai dan hanya dibakar, dapat diolah menjadi kertas bernilai artistik tinggi atau fancy paper. Namun, para perajin tikar mendong di Jawa Barat belum menyadari nilai tambah dari pemanfaatan limbah itu.

Manajer Proyek Fancy Paper Universitas Langlangbuana (Unla) Bandung, Rosad Ma ali di Bandung, Rabu (18/2), mengatakan, pihaknya telah melakukan penelitian di sentra kerajinan tikar mendong di Jabar yaitu di Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian terhadap limbah mendong yang dilakukan selama Agustus 2008 hingga awal Februari 2009 itu menunjukkan, sebanyak tiga ton limbah dihasilkan setiap hari di dua kecamatan saja yaitu Manonjaya dan Cibeureum, masing-masing di di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya.

Para perajin memotong bagian daun mendong untuk dijadikan tikar. Potongan-potongan mendong yang tak dipakai menjadi limbah namun belum ada perajin yang sudah mengolahnya. Padahal, limbah seberat satu kilogram (kg) dapat menghasilkan sekitar 40 lembar kertas ukuran A4.

Berat selembar kertas fancy paper itu sekitar 80 gram. Proses pengolahannya cukup sederhana yaitu, l imbah direndam air lalu dicuci dan digiling sehingga menjadi bubur. Selanjutnya, bubur dicetak dan dijemur. Setelah kering, kertas yang sudah jadi dipotong-potong dan siap dipakai.

Kelebihan fancy paper yaitu, bernilai seni tinggi , teksturnya bagus, daya tahan terhadap sobek cukup kuat, dan bahan baku gratis. Rosad mengatakan, guna memberdayakan limbah mendong, dibutuhkan setidaknya 50 set mesin pemotong dan penghalus untuk dua kecamatan.

Harga satu set mesin yang terdiri dari pemotong, penggiling, termasuk bak rendam, tripleks penjemur, dan meja screen sekitar Rp 70-75 juta per paket. Mesin itu akan menyerap semua limbah dan mengubahnya menjadi fancy paper bernilai tinggi dengan bahan baku gratis.

"Sebab, itu limbah perajin tikar mendong sendiri. Produksi nilai tambah itu memberikan keuntungan tinggi hingga 60 persen dari nilai penjualan," katanya.

Setiap set mesin dapat menghasilkan 1.000 lembar A4 per hari. Produk dari fancy paper diantaranya agenda, cinderamata, kertas undangan, dan lain-lain. Namun, kata Rosad, permintaan untuk industri besar belum dapat dipenuhi.

"Permintaan besar, misalnya 10.000-20.000 lembar per hari untuk setiap mesin, masih susah. Demikian pula untuk ekspor cukup sulit karena mesinnya manual," katanya.

Proyek itu dapat menjadi studi kasus yang baik bagi pemerintah dan swasta sebagai upaya membangun ekonomi melalui inovasi sederhana namun bernilai komersial tinggi. Meski demikian, menurut Rosad, penggunaan limbah itu masih perlu disosialisasikan secara luas.

Rektor Unla Bandung , Inspektur Jenderal (Purn) Ali Hanafiah mengatakan, pihaknya sedang mengembangkan model pemberdayaan masyarakat berbasis industri kreatif dan ramah lingkungan. Program itu dilatarbelakangi fungsi peran hakiki perguruan tinggi sebagai menara air, bukan menara gading.

"Sebagai menara air, perguruan tinggi harus meneteskan ilmu dan teknologi bermanfaat, serta menjadi bagian dari solusi terhadap masalah yang dihadapi masyarakat," katanya.

Proyek yang sedang dijalankan yaitu pengembangan komunitas perajin dengan memanfaatkan limbah mendong untuk bahan fancy paper untuk aksesori rumah. Unla Bandung mencoba memberikan solusi pemanfaatan limbah sekaligus mengembangkan potensi Kota dan Kabupaten Tasikmalaya.

"Solusi diwujudkan dengan membuat mesin pengolah limbah mendong, memberikan pelatihan, dan manajemen pengelolaannya. Kegiatan itu selain menjadi penan ganan limbah juga membantu Pemerintah Kota dan Kabupaten Tasikmalaya mengatasi sampah dan pengangguran," katanya.

Lurah Purbaratu, Kecamatan Cibeureum, Dedi Hardiwan mengatakan, pengolahan limbah mendong diperkirakan memiliki prospek. Namun, pemasaran fancy paper harus dipikirkan karena belum banyak konsumen yang mengetahuinya. Kebanyakan masyarakat hanya mengetahui tikar mendong.

"Kami mendukung pemanfataan limbah. Di Kelurahan Purbaratu, terdapat 10 usaha pembuatan tikar mendong," katanya. Tenaga kerja yang dapat terserap sekitar 5.000 orang atau hampir seluruh penduduk dewasa di desa Purbaratu.

Executive Director Business Innovation Center, Kristanto Santosa mengatakan, proyek limbah mendong belum dapat dikatakan berhasil. " Langkah selanjutnya, perlu ada metode standardisasi mutu hingga tercapai skala keekonomian," katanya

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com