Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Capluk Berinjektor Efisienkan Penggunaan Pupuk Urea

Kompas.com - 14/02/2009, 21:30 WIB

BOGOR,SABTU-Impor pupuk urea tidak perlu ditambah bahkan malah dapat dikurangi. Asalkan saja, penggunaan pupuk tersebut efisien. Capluk berinjektor adalah salah satu teknologi tepat guna , yang dapat membantu petani dalam mengefisienkan penggunaan pupuk untuk sawahnya.  

Hasil uji coba di lapangan, dengan capluk berinjektor, satu hektar sawah hanya memerlukan 120 kilogram sampai 150 kilogram pupuk urea per hektar. Sebelumnya, satu hektar sawah perlu 300 kilogram pupuk .

"Padi yang dihasilkan juga lebih banyak, yakni 6,72 ton gabah kering per hektar. Sedangkan sawah yang pemupukannya ditebar hanya menghasilkan 5,97 ton gabah kering," kata Asep Ruhiyat, staf Bagian Kerjasama Daerah, Sekretariat Daerah Kabupaten Bogor, Sabtu (14/2) petang.

Asep bersama Sujatmiko dan Supriyadi adalah pencipta dan pembuat capluk berinjektor pada tahun 1990, setelah melakukan riset sekitar dua tahun. Saat itu ketiganya masih mengabdi di Pusat Enginering Pertanian, Departemen Pertanian. Sutjamiko sendiri adalah kepala pusatnya saat itu.

"Kalau petani bisa efisen penggunakan pupuk, tidak perlu impor pupuk urea diperbanyak. Bahkan mungkin bisa dikurangi. Seperti dinyatakan Pak Zaenal Soedjais, berbagai studi menunjukkan hanya sekitar 40 persen dari total pupuk yang terserap tanaman. Itu kan berarti penggunaan pupuk saat ini tidak efisien," kata Asep.

Ketua Umum Dewan Pupuk Indonesia (DPI) Zaenal Soedjais mengatakan, rencana pemerintah mengimpor urea sebanyak 500.000 ton sebagai cadangan hendaknya menjadi pilihan akhir.

"Impor itu harus dilakukan setelah berbagai tindakan penghematan, peningkatan produksi, dan jaminan pasok gas diupayakan secara maksimal. Sebab, berbagai studi hanya 40 pesen dari total pupuk yang terserap tanaman, sebagian besar terbuang percuma. Padahal, tahun ini total subsidi pupuk Rp 17 triliun. Dengan mempertimbangkan penghematan penggunaan urea, akan lebih banyak anggaran yang bisa dihemat," katanya.

Terhalang Urea Briket Cendana

Adapaun capluk berinjektor adalah gabungan caplak (alat yang biasa dipakai petani untuk membuat garis tanam) dengan unit hand sprayer dan memakai injektor dari pentil ban sepeda. Penemuan capluk berinjektor ini sempat pula dipublikasikan Harian Kompas edisi 27 September 1990.

"Gara-gara publikasi itu, kami dipanggil Menteri Pertanian dan pejabat di Bina Graha. Kami kena marah dan diminta tidak mengembangkannya. Saya ingat sekali, Pak Menteri dan pejabat-pejabat lainya bilang, Jangan dikembangkan. Kalian mau melawan arus? Padahal niat kami adalah membantu petani agar tidak banyak keluar uangnya untuk beli pupuk," tutur Asep.

Menurut Asep, teknologi tepat guna bagi para petani ini tidak mendapat dukungan dari para pejabat terkait karena saat itu Presiden Soeharto sedang memopulerkan penggunaan pupuk urea briket. Pabriknya milik anggota Keluarga Cendan . "Saat itu siapa yang berani melawan Cendana," katanya.

Sedangkan capluk berinjektor adalah alat untuk menyuntikan pupuk cair ke dalam tanah/sawah. Pupuk cairnya adalah pupuk urea tabur yang dicairkan dengan perbandingan dua kilogram pupuk ditambah air sebanyak 10-12 liter (satu tabung hand sprayer). Satu hektar sawah perlu 600 liter air yang bercampur 120 kilogram pupuk urea, untuk dua kali pemupukan.

Rancang bangun alat ini terdiri dari tanki hand sprayer, caplak, selang plastik, injektor dari pentil sepeda, serta pembuka dan penutup alur dari plat seng. Mekanisme kerjanya, campuran urea dan air dalam tangki diberi tekanan. Cairan pupuk dikelurkan melalui injektor, lalu didistribusikan oleh gigi caplak ke dalam alur tanah sedalam tujuh sentimeter. Alur tanah dibuka oleh pembuka alur dan ditutup lagi oleh penutu palur. Operator (petani) menggendong tangki sambil menarik caplak.

Asep berharap, capluk berinjektor tersebut dapat dipopulerkan sehingga petani dapat membuat dan menanfatkan alat pemupuk tersebut. Biaya pembuatannya sekitar Rp 300.000 sampai Rp 400.000 per unit. Dengan alat ini, sawah hanya perlu dua kali pemupukan, yakni satu hari sebelum tanam (saat membuat alur tanam) dan 21 hari setelah padi ditanam.  

"Dulu kami membuat 40 unit, Karena tidak boleh digunakan, yah, dihancurkan. Tetapi, kami masih mempunyai dokumen hasil riset dan rancang bangun capluk," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com