Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelestarian Sarkofagus Terkendala Dana

Kompas.com - 06/02/2009, 02:34 WIB

DENPASAR, JUMAT--Kepala Balai Arkeologi Denpasar, Wayan Suantina, menyatakan kegembiraannya soal temuan beberapa sarkofagus di Gianyar dalam waktu relatif singkat, namun pelestarian situs arkeologi itu masih terkendala dana.

"Saya gembira sekali, namun sayang kami terkendala dana. Masalahnya, badan pemerintah ini ditetapkan penganggarannya memakai skema berbasis kinerja," katanya, di Denpasar, Kamis.

Suantina menyatakan, pengganggaran berbasis kinerja itu sangat mensyaratkan perencanaan anggaran yang ketat pada tahun anggaran termaksud.

"Siapa yang tahu bahwa ada banyak sarkofagus di sana? Jelas situs itu tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa upaya pelestarian secara arkeologis yang sebaik mungkin," katanya.

Terkait masalah pendanaan ini, pihaknya akan mengadakan komunikasi dengan pemerintah pusat di Jakarta dan berbagai instansi terkait dalam waktu secepatnya.

Tiga hari lalu, masyarakat Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, beserta beberapa petugas dari Balai Arkeologi Denpasar menemukan kembali satu sarkofagus berbentuk kura-kura berukuran panjang 60 cm 57 cm. Sarkofagus temuan terbaru ini terbenam di kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah.

Temuan arkeologis ini melengkapi temuan sebelumnya dengan objek arkeologis serupa, yaitu sarkofagus berbentuk trapesium dengan tonjolan di bagian samping.

Penggalian kedua benda purbakala yang diperkirakan berasal dari 2.500 tahun lalu langsung dilakukan namun terhambat hujan lebat yang mengguyur Bali selama tiga hari terakhir.

Hal mengagetkan upaya evakuasi itu adalah, kedua temuan terkini itu berlokasi sangat dekat satu sama lain, hanya kurang dari sejengkal manusia dewasa, dan pada kedalaman yang dangkal.

Dengan begitu, dalam waktu tiga pekan terakhir, telah ditemukan tiga sarkofagus di lokasi yang relatif sempit arealnya.

Selain itu, ketiga sarkofagus itu juga masih berisi kerangka manusia yang dimakamkan di lokasi-lokasi itu pada masa prasejarah tersebut.

Akan tetapi, belum diketahui jenis kelamin, kedudukan sosial secara persis, dan hal-hal lain terkait keberadaan sarkofagus itu. "Yang pasti ini benda-benda purbakala langka dan hanya dipakai oleh orang tertentu pada masanya," kata Suantina.

Sampai saat ini, secara keseluruhan ditemukan 15 sarkofagus di seluruh Bali, karena temuan sakofagus yang berasal pada masa yang diperkirakan sama juga terjadi di Kabupaten Buleleng, dan beberapa lokasi lain.

"Kami belum bisa menentukan apakah dusun itu akan ditetapkan menjadi cagar arkeologi seperti di Trowulan, Jawa Timur, karena pengkajian dari berbagai disiplin ilmu dan aspek sosial kemasyarakatan juga harus dipertimbangkan."

Yang jelas, katanya, pihaknya sangat mengharapkan bantuan dari sejawat ilmuwan dan kalangan akademisi untuk mengungkap berbagai hal terkait kehidupan masyarakat di lokasi itu pada masa lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com