Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subsidi Kedelai Tak Didapat Utuh

Kompas.com - 22/10/2008, 01:11 WIB

Tangerang, Kompas - Pemberian subsidi kepada perajin tahu dan tempe oleh pemerintah pusat berupa pemotongan harga pembelian kedelai ternyata tidak berjalan mulus di lapangan. Para perajin tempe dan tahu di Kota Tangerang mengeluh hanya menerima subsidi sebesar 30 persen dari ketentuan pemerintah.

Para perajin mempertanyakan ke mana sisa subsidi itu, sebab selama ini mereka mengaku tidak mendapat penjelasan gamblang dari Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kota Tangerang.

Pemerintah telah memutuskan menyubsidi kedelai sebesar Rp 1.000 per kilogram sejak harga kedelai impor di pasaran meroket tahun 2008 ini, yang menembus Rp 7.800 per kg. Kini, meski harga kedelai di pasaran turun pada kisaran Rp 6.000 per kg, subsidi itu masih berlangsung hingga pengujung 2008.

Sementara itu, perajin tahu dan tempe di Tangerang hanya mendapat subsidi 30 persen dari Rp 1.000, yaitu Rp 300.

Haji Tarjoyo, perajin tempe di Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, mengaku bingung dengan kebijakan tersebut. ”Adik saya sudah tanya ke orang pemerintah, tetapi jawabannya malah bikin bingung,” kata Tarjoyo.

Ketua Kopti Kota Tangerang Asep Hidayat yang ditemui terpisah mengaku sudah meminta penjelasan dari Dinas Perindustrian Provinsi Banten yang mengurusi subsidi itu. Namun, jawabannya, subsidi yang diterima wilayah Banten memang kecil.

Hanya Rp 10 miliar untuk masa per enam bulan, sedangkan provinsi lain malah jauh lebih besar. Menurut Asep, perajin tahu-tempe di Jawa Timur mendapat subsidi Rp 120 miliar. ”Mengapa subsidi untuk mereka besar sekali, sedangkan untuk kami yang berdemo ke Jakarta malah sangat kecil,” kata Asep.

Lebih dari itu, besaran subsidi tersebut masih dibagi untuk ribuan perajin tempe tahu di Banten. ”Akibatnya, kami tak mendapat subsidi utuh 100 persen atau Rp 1.000 untuk tiap kilogram kedelai, melainkan hanya 30 persen saja,” lanjut Asep.

Dikatakan, subsidi diberikan dalam bentuk voucher yang diberikan oleh Dinas Perindustrian di daerah masing-masing. Voucher potongan harga hanya diberikan bagi perajin yang hari itu membeli kedelai di koperasi dan omzet produksinya tak lebih dari 100 kilogram per hari.

Model subsidi

Sementara itu, model subsidi kedelai yang diberlakukan terhadap para perajin tahu dan tempe di Jakarta sejauh ini tidak sama. Sebagian perajin dapat membeli langsung dengan harga subsidi, tetapi ada pula yang dengan harga pasar. Selisih uangnya lalu bisa diambil kembali dalam periode tertentu.

Handoko Mulyo, pengurus Prima Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Primkopti) Swakerta, Jakarta Barat, mengatakan, sebagian kelompok perajin tahu dan tempe ada yang memilih mengambil kedelai langsung dengan harga subsidi, yaitu Rp 5.000 per kilogram. Namun, ada pula model pembelian kedelai subsidi dengan harga pasar Rp 6.000 per kilogram. Namun, pada akhir bulan atau pada periode waktu yang ditentukan bersama, mereka akan memperoleh uang tunai dari tabungan subsidi itu.

”Model subsidi yang kedua itu seperti subsidi setengah hati dan mulai memberatkan. Apalagi kami tiap minggu harus menebusnya tunai. Padahal, kondisi kami sedang begini,” kata Sutarno (37), perajin tahu skala mikro di sentra produksi tahu dan tempe di Kelurahan Tegal Parang, Jakarta Selatan, Selasa.

Para perajin tahu dan tempe di sentra tersebut menuturkan, kondisi usaha mereka kian melesu meski sudah ada suntikan subsidi kedelai. Sebab, selain biaya produksi tetap tinggi, permintaan pasar belum kembali seperti ketika harga kedelai masih Rp 3.800 per kilogram.

Omzet para perajin yang kini makin pas-pasan menjadi sulit untuk menyisihkan modal mingguan untuk menebus kedelai. ”Dulu waktu masih beli sama toke (juragan kedelai), kedelai baru dibayar ketika tahu sudah terjual. Sekarang tiap minggu kita harus siap tunai Rp 4,5 juta untuk 7 kilogram kedelai,” katanya.

Keluhan serupa dilontarkan Robin (61), perajin tempe di kawasan yang sama. Robin mengaku sebenarnya sedang butuh uang untuk keperluan hidup keluarganya karena dia mempunyai 10 anak. Namun, selisih uang yang disimpan di koperasi belum bisa ditebus.

Sementara itu, Cahyoto, perajin tempe di Haji Ung, Utan Panjang, Jakarta Pusat, mengatakan, keterlambatan pelaksanaan subsidi kedelai sempat menyusahkan. Para perajin tahu tempe se-DKI Jakarta didukung perajin dari daerah lain telah meminta pelaksanaan subsidi kedelai sejak Januari 2008.

Namun, pada praktiknya, uji coba pemberian subsidi di DKI dilakukan April 2008. Subsidi itu baru rutin dilakukan pada Agustus hingga Desember 2008.(TRI/SF/NEL)

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com