JAKARTA, KAMIS — Populasi orangutan di luar kawasan konservasi di Kalimantan Tengah (Kalteng) diprediksi akan punah dalam waktu tiga tahun mendatang, yakni tahun 2011. Padahal, populasi satwa langka yang dilindungi ini di Kalteng termasuk populasi terbesar di seluruh dunia.
Hal itu diungkapkan Habitat Program Manager Centre for Orangutan Protection (COP) Novi Hardianto di kantornya di World Trade Center II, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (4/9). "Laju kepunahan orangutan di Kalimantan sekitar 9 persen atau 5.325 per tahun, dikhawatirkan jumlahnya hanya mencapai 37.275. Kalau fakta ini dibiarkan dan pembabatan hutan terus berlangsung, orangutan pasti habis," ujarnya.
Berdasar investigasi COP, dikatakan Novi, di areal konsesi perusahaan Agro Group dan IOI Group di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, keduanya sampai saat ini terus membabat hutan untuk perkebunan kelapa sawit dan membahayakan satwa yang dilindungi seperti orangutan.
"Selama ini tidak ada laporan dari perusahaan mengenai korban orangutan di lahan hutan yang dibabat habis. Padahal, kita data sudah sekitar 1.500 orangutan yang mati menjadi korban di Kalteng, itu data terakhir yang kami kumpulkan," tuturnya.
Dua perusahaan yang membabat hutan itu telah menjadi anggota Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang seharusnya memenuhi kriteria-kriteria penyelamatan lingkungan dalam membuka lahan untuk perkebunan sawit. Namun, dikatakan Novi, fakta di lapangan yang ditemui sangat jauh berbeda karena mereka masih membabat hutan, bahkan di kawasan hutan primer dan konservasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.