Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gajah Liar di TNGL Makin Terdesak

Kompas.com - 20/08/2008, 19:34 WIB

TANGKAHAN, RABU - Kawanan gajah liar yang memiliki areal jelajah di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Nanggroe Aceh Darussalam kondisinya kini makin terdesak akibat aktivitas perambahan hutan. Meski kini perambahan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser hampir tidak ada lagi, namun akibat aktivitas tersebut pada masa lalu, terutama di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah VI Besitang, areal jelajah kawanan gajah liar makin berkurang.

Saat ini di dalam kawasan tersebut masih bisa dijumpai kawanan gajah liar namun jauh lebih sedikit. Menurut salah seorang mahout atau pawang gajah di Conservations Respons Unit (CRU) Tangkahan Kabupaten Langkat, Abdullah, kawanan gajah liar hanya jumlah antara 16 hingga 26 ekor. Wilayah jelajah yang masih berhutan juga daerah yang berbukit-bukit.

"Kami memang tak tahu pasti berapa sebenarnya kelompok gajah liar dan jumlah kawanannya dalam satu kelompok. Tetapi kami masih suka menjumpai ada kawanan gajah liar dalam jumlah hingga 26 ekor yang menjelajahi kawasan TNGL," ujar Abdullah di Tangkahan, Selasa (19/8).

CRU Tangkahan merupakan lembaga yang dibentuk Flora Fauna International (FFI) untuk konservasi kawasan hutan di TNGL dengan memakai gajah untuk patroli. Terdapat enam ekor gajah yang telah dijinakan di CRU Tangkahan. Selain untuk kegiatan patroli konservasi, gajah di CRU Tangkahan juga dimanfaatkan sebagai sarana safari hutan bagi wisatawan.

Wilayah hutan TNGL yang berada di dekat Tangkahan masuk dalam SPTNW VI Besitang. Kepala SPTNW VI Besitang Subhan menuturkan, hutan di kawasannya merupakan low land forest (hutan hujan dataran rendah) terluas di Sumatera Utara, bahkan di dalam kawasan TNGL.

"Sangat mungkin sebelum terjadi perambahan, kawasan tersebut menjadi areal jelajah kawanan gajah liar," ujarnya.

Areal SPTNW VI Besitang mulai dirambah sejak tahun 1970-an, terutama di Sekoci, Sei Lepan, Barak Induk dan Damar Hitam. Dulu kawasan ini masuk dalam Taman Marga Satwa Sikundur sebelum terintegrasi dalam kawasan TNGL. Perambahan memang dimulai sejak tahun 1970-an dan semakin menghebat saat masuknya ribuan pengungsi asal Aceh pada masa konflik (antara khir 1990-an hingga awal tahun 2000-an.

Diperkirakan low land forest bekas Taman Marga Satwa Sikundur menjadi areal jelajah banyak kawanan gajah liar. Ketika dirambah, gajah liar ini makin terdesak masuk ke dalam kawasan TNGL yang kontur tanahnya berbukit-bukit.

Menurut Abdullah, di dekat Tangkahan sering kali dijumpai beberapa ekor gajah liar, baik yang bergerak bersama kawanannya maupun sendiri-sendiri. Biasanya yang sendiri ini gajah jantan yang kalah saing di kawanannya. Dia mengatakan, terdesaknya kawasan gajah liar ke areal hutan TNGL yang berbukit-bukit membuat gajah liar mampu beradaptasi dengan areal jelajah yang baru.

"Kadang kami menemukan jejak kaki gajah liar di dataran tinggi. Berarti kan mereka juga bisa mendaki hingga ke dataran yang lebih tinggi," katanya. Saat ini menurut Abdullah, hampir tidak ada lagi kegiatan penebangan hutan di dalam kawasan TNGL yang berada dekat Tangkahan. Kondisi ini kata Abdullah ikut membantu menjaga kelestarian areal jelajah gajah liar. Meski menurut dia, kadang ada juga gajah liar yang masuk ke perkebunan milik penduduk yang tinggal di desa-desa sekitar Tangkahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com