Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Walhi Desak Larangan Eksploitasi Hutan Habitat Maleo

Kompas.com - 03/06/2008, 17:55 WIB
Editor

PALU, SELASA - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) meminta pemerintah segera mencabut segala bentuk perizinan yang mengeksploitasi hutan Suaka Margasatwa (SM) Bakiriang di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Alasannya untuk melindungi kepunahan satwa langka burung Maleo (Macrocephalon maleo) di kawasan tersebut.

"Jika izin eksploitasi tersebut terus dibiarkan, cepat atau lambat kelangsungan hidup Maleo di sana akan punah, dan ini akan merugikan anak cucu kita di masa depan," kata Direktur Eksekutif Walhi Sulteng Wilianita Selviana di Palu, Selasa (3/6).

Tingginya percepatan kerusakan habitat Maleo terbesar di Indonesia itu dikarenakan maraknya aksi penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan sawit, pemegang Izin Pemanfaatan Kayu/IPK dan Hak Penguasaan Hutan (kini Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Kayu/IUPHK), serta pembukaan areal perkebunan kakao yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Paling merisaukan yaitu adanya jual-beli lahan di kawasan SM Bakiriang yang melibatkan oknum pejabat mulai dari tingkat desa hingga kabupaten.
Menurut Selviana, pemerintah perlu segera melakukan evaluasi terhadap semua bentuk perizinan yang telah dikeluarkan, termasuk jual-beli tanah di kawasan hutan konservasi tersebut.

"Kalau nantinya ditemukan bukti bahwa ada di antara izin-izin tersebut masuk dalam kawasan SM Bakiriang, maka pemerintah harus segera mencabutnya karena sudah melanggar Undang-Undang Konservasi Sumber Daya Alam serta ketentuan perundangan lainnya," kata dia menegaskan.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banggai, A Djalal Yunus, mengatakan berdasarkan hasil survei yang dilakukan instansinya pada tahun 2003 yang masih mencapai 15 persen (hampir 1.900 hektar) habitat Maleo yang tersisa di SM Bakiriang. Namun, katanya, luas kawasan SM Bakiriang yang ada saat ini diperkirakan tinggal sekitar 625 hektare.

"Keadaan ini semakin diperparah dengan banyaknya masyarakat pendatang yang ikut merambah hutan untuk dijadikan lahan perkebunan atau tempat tinggal," katanya.

Yunus berharap adanya kebijakan pemerintah pusat (Departemen Kehutanan) untuk melakukan pemetaan ulang terhadap SM Bakiriang, dan kemudian melakukan rehabilitasi dengan cara penanaman pohon kemiri dan kenari secara besar-besaran di kawasan hutan konservasi ini guna memperbanyak cadangan makanan bagi Maleo.

Paling tidak, katanya, ada sekitar 3.000-an hektare kawasan huatan di SM Bakiriang yang diselamatkan agar unggas langka yang memiliki telur tujuh kali lebih besar dari telur ayam ini dapat diselamatkan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+