Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Katak di Kalimantan Bernapas Tanpa Paru-paru

Kompas.com - 08/04/2008, 09:35 WIB

JAKARTA, SELASA - Untuk pertama kalinya, ada seekor katak yang diketahui bernapas tanpa menggunakan paru-paru. Spesies katak yang ditemukan di pedalaman Kalimantan itu praktis memperoleh oksigen melalui pori-pori kulitnya.

"Tak seorang pun yang tahu tentang tidak adanya paru-paru itu sampai kami tanpa sengaja menemukannya saat melakukan penyayatan rutin," ujar David Bickford, biolog dari Universitas Nasional Singapura yang melaporkan temuannya dalma jurnal Current Biology terbaru edisi 6 Mei 2008.  Katak yang diberi nama Barbourula kalimantanensis itu sebenarnya sudah ditemukan sejak 1978, namun tak ada satu pun spesimennya yang dibelah.

Katak tersebut ditemukan pertama kali oleh Djoko Iskandar, pakar herpetofauna, amfibi dan reptil,  Insitut Teknologi Bandung tahun 1978. Waktu itu dua spesimen disimpan sebagai koleksi.

"Setiap spesimen dianggap sangat bernilai sehingga para ilmuwan tidak mau mengorbankannya untuk disayat," ujar Bickford. Kesempatan untuk melakukan pembedahan baru dilakukan saat para peneliti melakukan ekspedisi ke Kalimantan baru-baru ini.

Ditemukannya katak yang bernapas tanpa menggunakan paru-paru sangat mengejutkan. Meski sebagian besar amfibi juga memperoleh oksigen melalui kulit, sebagian besar tetap melalui kantung yang fungsinya seperti paru-paru. Sebelumnya, hanya salamander, satu-satunya hewan berkaki empat yang bernapas tanpa paru-paru.

Para peneliti memperkirakan ketiadaan paru-paru pada katak ini mungkin bagian dari adaptasi di lingkungan yang kaya oksigen. Sebab, katak tersebut hidup di aliran air dingin yang mengalir deras. Air dingin mengandung oksigen terlarut yang relatif lebih tinggi daripada air hangat.

Pneleitian lebih lanjut terhadap katak tersebut dapat mengungkap sejarah evolusi amfibi yang beradaptasi dari lingkungan darat ke air. Sayangnya, eksistensinya di alam terancam karena habitatnya terus didera pembalakan liar. Selain itu, katak juga terancam karena perubahan suhu dan curah hujan akibat pemanasan global.(NG/WAH

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com