Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Kompor Matahari, Alternatif Hemat Bahan Bakar

Kompas.com - 09/03/2008, 12:43 WIB
Editor

MALANG, MINGGU- Kompor matahari yang dikembangkan peneliti dari jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang, Jatim, Dr M Nurhuda bisa menjadi alaternatif di zaman bahan bakar minyak makin mahal.

Menurut Dr M Nurhuda, Minggu (9/3), kompor (pemasak) matahari tidak memerlukan bahan bakar sama sekali, bebas asap, serta ramah lingkungan. Teknologinya juga memungkinkan dikembangkan dalam skala besar untuk membantu masyarakat kurang mampu yang akhir-akhir ini terlilit dengan harga BBM. \

"Di negara-negara seperti India, China, dan negara-negara Afrika tengah serta Amerika Latin,  pemasak matahari banyak digunakan oleh masyarakat di wilayah pedesaan dan terpencil. Kami berharap rekayasa teknologi murah dan simpel ini bisa dikembangkan untuk membantu masyarakat miskin," katanya di Malang.

Secara garis besar, ada dua jenis pemasak matahari, yakni tipe kotak (box) dan tipe parabola. Tipe kotak banyak dipergunakan di Amerika Latin dan tipe parabola banyak dikembangkan di China serta digunakan untuk memasak dalam jumlah besar. 

Ia mengakui, tipe kotak sangat simpel dalam mengoperasikannya, tetapi lambat sehingga dijuluki very slow solar cooker. Untuk memasak nasi menggunakan tipe tersebut diperlukan waktu setidaknya 3-5 jam, sehingga tidak praktis untuk sebagian besar masyarakat Indonesia.

Sedangkan kompor tipe parabola secara umum memerlukan waktu lebih  cepat, tetapi lebih ruwet cara mengoperasiakannya. Pertama, posisi panci harus ditempatkan menggantung pada titik fokus parabola, kedua, parabola harus terus menghadap matahari sehingga setiap saat perlu penyesuaian arah parabola agar dapat memperoleh sinar pantul secara maksimum dan selalu pada titik fokus. 

Selain itu, pemasak matahari tipe parabola pembuatannya membutuhkan banyak biaya. Sebagai contoh, kompor tipe parabola yang diproduksi Minto asal Madiun memerlukan banyak sekali cermin datar, kerangka parabola, solar tracking yang semuanya membutuhkan biaya sekitar Rp1,5 juta per unit.  Kalau dijual, harganya menjadi sekitar Rp 3,5 juta per unit.

Melihat kenyataan tersebut, pemasak matahari tipe kotak lebih efisien untuk diterapkan. "Pada awalnya kami mencontoh saja desain yang banyak dijumpai di internet san ternyata pemasak matahari tersebut tidak dapat berfungsi, beras yang kami masak dari jam 09.00 sampai dengan jam 15.00 tak juga matang," katanya. 

Setelah mempelajari dengan serius sebab-sebab kenapa pemasak matahari  tidak dapat berfungsi, akhirnya muncul ide untuk mengoptimalkan bentuk panci. Intinya, bentuk panci harus bisa menyerap energi matahari sebesar-besarnya serta kontak antara panci dan air dan beras harus diusahakan agar semaksimum mungkin, sehingga panas dari panci dapat tersalur ke air secara maksimal dan paling bagus dibuat dengan cara cor-logam.

Sistem pemasak tersebut telah diujicobakan dan berhasil menanak nasi dalam waktu antara 1- 2 jam, tergantung pada terik matahari. Pada hari terik, waktu memasak cuma satu jam, tetapi ada  mendung,  bisa sampai dua jam. 

Cara pengoperasian pemasak matahari tipe kotak yang dikembangkan cukup praktis dan sederhana yakni dengan cara beras yang sudah dicuci dimasukkan ke dalam panci berisi air kemudian panci dimasukkan ke dalam kotak, kotak ditutup  kaca transparan, tunggu kira-kira 1- 2 jam, tergantung pada intensitas matahari, maka beras akan masak dengan sendirinya, tanpa perlu beras dibolak-balik. Selain untuk memasak nasi, katanya, kompor matahari  juga dapat digunakan untuk memasak air dan saat ini teko untuk kompor matahari masih dalam proses pembuatan termasuk penggorengan. 

Dana untuk pembuatan alat pemasak dari tenaga matahari tersebut nantinya diperkirakan tak lebih dari Rp. 300.000. "Sejalan dengan semakin mahalnya BBM, kami berharap pemerintah mengambil alih desain yang kami kembangkan untuk disosialisasikan pada masyarakat, kami hanya ingin membantu masyarakat terutama yang kurang mampu agar mereka tidak lagi  tergantung pada Mitan lagi," katanya menegaskan.

Spesifikasi kompor matahari yang dikembangkan adalah ukuran kotak 50 cm x 50 cm x 20 cm (tinggi),  jumlah kaca reflektor tiga potong, kaca samping luas 60 x 55 cm, kaca belakang 55x 55 cm (untuk reflektor paling bagus adalah aluminium foil yang dilapisi lapisan anti oksidasi (coating) seperti reflektor lampu mobil, landasan panci 45 x 45 cm, tinggi 10 cm dan bagian luar panci dicat hitam. (ANT)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Kenapa Kuda Laut Jantan Hamil dan Melahirkan?

Kenapa Kuda Laut Jantan Hamil dan Melahirkan?

Oh Begitu
Berapa Banyak Gunung Berapi di Planet Venus?

Berapa Banyak Gunung Berapi di Planet Venus?

Fenomena
Seperti Apa Rasanya Daging Mammoth?

Seperti Apa Rasanya Daging Mammoth?

Oh Begitu
Berapa Banyak Sampah Plastik yang Ada di Lautan?

Berapa Banyak Sampah Plastik yang Ada di Lautan?

Oh Begitu
Mengapa Laki-laki Berlari Lebih Cepat dari Perempuan?

Mengapa Laki-laki Berlari Lebih Cepat dari Perempuan?

Oh Begitu
Mengapa Minum Air Hangat Lebih Baik untuk Kesehatan?

Mengapa Minum Air Hangat Lebih Baik untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Hewan Apa yang Masa Kehamilannya Paling Lama?

Hewan Apa yang Masa Kehamilannya Paling Lama?

Oh Begitu
Apakah Minum Air Dingin Tidak Baik untuk Tubuh?

Apakah Minum Air Dingin Tidak Baik untuk Tubuh?

Oh Begitu
Seberapa Cepat Bumi Berputar?

Seberapa Cepat Bumi Berputar?

Oh Begitu
Mengapa Burung Tidak Jatuh dari Dahan Pohon Saat Tidur?

Mengapa Burung Tidak Jatuh dari Dahan Pohon Saat Tidur?

Oh Begitu
Apa Penyebab Tidur dengan Mata Terbuka?

Apa Penyebab Tidur dengan Mata Terbuka?

Kita
Apa Saja Manfaat Telur Bebek untuk Kesehatan?

Apa Saja Manfaat Telur Bebek untuk Kesehatan?

Oh Begitu
Berapa Waktu Terlama Manusia Bertahan Tanpa Tidur?

Berapa Waktu Terlama Manusia Bertahan Tanpa Tidur?

Oh Begitu
Membangun Desa secara Beradab

Membangun Desa secara Beradab

Kita
Sejak Kapan Plastik Digunakan Manusia?

Sejak Kapan Plastik Digunakan Manusia?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+