Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sifilis Masuk Eropa Lewat Ekspedisi Colombus?

Kompas.com - 16/01/2008, 09:43 WIB

LONDON, RABU - Perjalanan yang dilakukan Christopher Columbus memang terbukti sukses menemukan sebuah benua baru yang kini disebut Amerika. Namun perjalanan itu juga diduga telah membawa wabah penyakit menular seksual yang ganas ke Eropa. 

Seperti diberitakan BBC, Rabu (16/1), para ahli di Kanada dan Amerika Serkat menyimpulkan bahwa ekspedisi Colombus ke benua baru menjadi jalan masuknya wabah sifilis ke Eropa. Selama berabad-abad, kontroversi mengenai asal muasal penyakti menular ini selalu muncul - termasuk dugaan mengenai apakah wabah ini dibawa dari banua baru lewat perjalanan Columbus beserta awaknya.

Para ahli di Amerika Serikat dan Kanada telah mencoba menjawab kontroversi ini melalui anilisa dan penelitian sejarah evolusioner bakteri sifilis menggunakan metode genetika molekular. Mereka menyimpulkan, teori masuknya wabah menular ini ke Eropa lewat perjalanan Colombus adalah suatu yang paling memungkinkan. 

Namun begitu temuan para ahli yang dimuat dalam jurnal PLoS Neglected Tropical Diseases ini tetap mengundang kritik karena bukti penelitiannya dinilai masih terbatas. Alasan lainnya, ada kemungkinan sifilis telah masuk ke Eropa secara spontan, dan mungkin pula berhubungan dengan bakteri yang telah menyebar sebelum ekspedisi Columbus.

Asal Sifilis
Kasus epidemik sifilis pertama di Eropa sendiri muncul di antara para pasukan Prancis pada 1495 - atau dua tahun setelah Columbus kembali dari ekspedisi melintasi Samudera Atlantik. Fakta inilah yang memunculkan spekulasi bahwa penyakit ini berasal dari benua Amerika.

Tipe sifilis ini - Treponema pallidum subspesies pallidum - menyebar melalui hubungan seksual. Para awak Colombus, yang kebanyakan adalah tentara sewaan, kembali ke rumah mereka pascaekspedisi dan menyebarkan wabah ini ke seluruh Eropa. Namun demikian, ada varietas lain dari bakteri T. pallidum yang dapat menular melalui kontak antar kulit atau pun oral. 

Kristin Harper dari Emory University Georgia dan timnya menguji DNA dari 23 strain pada tiga subspesies T. pallidum, termasuk jenis yang menular secara seksual (venereal) dan jenis non-seksual (non-venereal). Melalui upaya ini, mereka dapat mengkonstrusi sebuah pohon keluarga yang menunjukkan bahwa bakteri ini berubah seiring dengan waktu. 

Dari seluruh strain yang diuji, jenis bakteri sifilis yang menular lewat hubungan seksual (venereal) berasal dari yang muncul baru-baru ini dan paling berhubungan dekat dengan strain dari Amerika Selatan.

"Hasil penelitian ini mendukung Columbian Theory dan mengindisikan bahwa bakteri subspesies non-venereal muncul lebih awal di Dunia Lama (Eropa)," ungkap para ahli dalam jurnal PLoS Neglected Tropical Diseases.

Namun begitu Connie Mulligan, antropolog dari Universitas Florida dan rekannya dari University Texas-Houston Medical School dan University of Washington mengatakan bahwa temuan ini tidak cukup kuat untuk menyimpulkan asal muasal bakteri penyebab sifilis di Eropa. Pasalnya, ada beberapa riset lain yang justru bertolak belakang dengan Columbian Theory.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com