Laporan itu mengatakan bahwa gletser Jakobshavn di Greenland, bukan saja tidak lagi menyusut, tapi bahkan menjadi lebih tebal.
Pakar NASA Ala Khazendar mengatakan, antara tahun 2016 dan 2017 mendapati bagian depan gletser itu telah bertambah tebal 30 meter.
"Itu berarti hampir 30 meter dalam waktu satu tahun, dan antara 2017 dan 2018, hal yang sama terjadi lagi," ujar Khazender.
Ini adalah hal yang mencengangkan, karena sejak tahun 2012 gletser itu tampak menyusut sekitar 2,9 kilometer per tahun karena adanya peningkatan suhu bumi.
Namun dalam dua tahun terakhir, lapisan gletser itu kembali menjadi tebal dengan kecepatan yang sama.
Kata pejabat NASA, hal ini kemungkinan disebabkan oleh trend mendinginnya Disko Bay yang terletak di pantai barat Greenland, di mana gletser itu mencapai tepi pantai dan air laut yang lebih dingin mengakibatkan gletser itu kembali menebal.
“Ketika suhu air laut meningkat, lidah gletser mulai mencair dan lapisan esnya menyusut. Tapi ketika suhu laut kembali mendingin, lapisan es tadi menjadi tebal lagi,” jelas Martin Siegert dari Imperial College di London.
Walaupun gletser menebal, bukan berarti pemanasan global berhenti. Fenomena itu masih berlangsung hingga saat ini, dan lapisan es di Greenland secara keseluruhan terus mencair dengan kecepatan rekor.
Penelitian NASA itu juga menunjukkan bahwa air laut yang menyerap panas bumi telah memainkan peran yang lebih besar dalam pencairan gletser.
Dengan kata lain, kata Ala Khazendar, ini adalah kabar buruk, karena kita bisa membuktikan betapa pekanya gletser ini dan mungkin kawasan lain di Greenland terhadap perubahan suhu air laut, yang terus naik sejak tahun 1960-an.
https://sains.kompas.com/read/2019/04/04/180300323/sempat-menyusut-lapisan-gletser-di-greenland-kini-tumbuh-lagi