Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Analisis Genom Ungkap Kenapa Koala Bisa Makan Daun Beracun Ekaliptus

KOMPAS.com - Siapa sangka dibalik wajah menggemaskannya koala sebenarnya adalah hewan kecil yang sangat aneh.

Mereka tidur sepanjang hari, makan kotoran induknya ketika bayi, dan mungkin yang paling menakjubkan adalah mamalia berkantung ini hidup dengan memakan daun ekaliptus.

Padahal, seperti yang telah lama diketahui, daun ekaliptus yang merupakan daun beracun serta berbahaya.

Hal inilah yang tentunya menarik sekaligus menjadi misteri yang belum terpecahkan di dunia sains.

Hingga akhirnya sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Rebecca Johnson, ahli genetika konservasi di Museum Australia di Sydney berhasil menjawab teka-teka tersebut.

Untuk menjawab teka-teki itu, mereka mengurutkan genom koala dan menemukan petunjuk bagaimana hewan tersebut bertahan hidup dengan memakan daun ekaliptus.

Selain itu, tim peneliti juga mengamati bagaimana koala bisa mengendus daun beracun itu.

"Cara terbaik untuk menjawab persoalan itu adalah dengan mengurutkan genom hewan. Itulah informasi terbaik yang bisa diperoleh ketika ingin melacak dan memahami keragaman genetik suatu spesies," ungkap Johnson dikutip dari National Geographic, Senin (02/07/2018).

Kode Genetik

Apa yang ditemukan tim peneliti ini memang cukup mengejutkan.

Bagian dari genom koala yang merupakan kode detoksifikasi protein ternyata sekitar dua kali lebih besar dari daripada mamalia lain.

Hal ini membuat racun-racun yang terdapat pada daun ekaliptus bisa terbuang dengan cepat dan mereka pun bisa makan daun setiap hari tanpa sakit.

Peneliti berhipotesis pada titik tertentu di masa lalu, genom tersebut secara tidak sengaja menduplikasi dan berlipat ganda.

Evolusi mendorong genom tersebut bertransformasi ke bentuk baru, membuat sistem detoksifikasi koala lebih baik dan lebih efisien dalam membersihkan berbagai molekul ekaliptus yang beracun.

Seperti yang kita tahu, koala menghabiskan waktunya di atas pohon ekaliptus yang berserat.

Sedang daun-daun tanaman itu menjadi makanan utamanya, dipenuhi dengan molekul beracun. Ini membuat tanaman tersebut tidak bisa dimakan oleh setiap mahluk hidup lainnya.

Hanya saja, daunnya mengandung sedikit kalori sehingga para koala menghabiskan 22 jam untuk beristirahat atau tidur.

Mengendus

Tim juga menemukan sesuatu tentang bagaimana koala memetik makanan mereka.

Selama bertahun-tahun, para peneliti telah menyaksikan koala mengendus daun dan bertanya-tanya mengapa mereka hanya memilih memakan beberapa daun dan membuang daun-daun lainnya.

Peneliti menduga bahwa koala mampu merasakan apakah sebuah beracun atau bergizi berdasarkan baunya.

Benar saja, di bagian genom yang menghasilkan organ-organ penciuman koala.

Peneliti menemukan banyak gen tambahan yang dapat membantu koala mengendus aroma halus yang membedakan dengan aroma mint khas pada ekaliptus.

Buah Simalakama

Koala memang benar-benar pandai menyingkirkan molekul tanaman beracun, sistem yang menyingkirkan racunnya juga sangat cepat. Bahkan, berkali-kali lebih cepat daripada manusia.

Sayang kemampuan ini pada akhirnya menjadi buah simalakama bagi spesies ini.

Seperti yang kita ketahui, jumlah koala di sebagian besar Australia diketahui telah menurun drastis selama beberapa dekade terakhir.

Bukan hanya karena hutan ekaliptus yang mereka huni telah banyak hilang, tetapi juga penyakit yang menghancurkan juga menyerang koala.

Ya, hewan berkantung ini memang sangat rentan terhadap beberapa penyakit seperti klamidia.

Antibiotik yang digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti klamidia tidak membantu banyak untuk koala.

Hal ini tentunya menyulitkan para dokter hewan dan ilmuwan untuk mengobati penyakit koala.

Banyak peneliti selama ini telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba mengembangkan vaksin yang dapat mencegah koala terkena klamidia.

"Tapi usaha kami terbatas fakta bahwa kita tidak cukup tahu megenai sistem kekebalan mereka," kata Willa Huston, ahli mikrobiologi di University of Technology Sydney.

"Dan sekarang kita telah memiliki pemahaman tentang ribuan gen yang terlibat dengan respon kekebalan. Kita dapat menggunakan temuan dan ilmu pengetahuan untuk membuat vaksin," sambungnya.

Rentan Penyakit

Selain itu koala juga rentan retrovirus. Penyakit ini mirip dengan HIV yang melemahkan sistem kekebalan mereka dan membuat mereka bahkan lebih rentan terhadap penyakit seperti klamidia atau kanker.

Retrovirus beberapa kali mencoba masuk ke dalam kode genetik selama evolusi koala dan berlangsung sampai sekarang.

Hasilnya pada koala yang diuji di Queensland ditemukan beberapa jenis retrovirus dan beberapa galur modern lebih destruktif diripada yang retrovirus kuno.

Penelitian ini dapat membantu peneliti melacak galur virus tersebut, dan memberikan peneliti dasar untuk mengembangkan vaksin yang lebih baik.

Selain itu, penelitian ini juga bisa membantu para konservasionis mencari cara untuk menjaga populasi koala.

"Kondisi koala menjadi buruk ketika menghadapi tantangan baru," kata Shannon Kjeldsen, ahli genetika konservasi di James Cook University.

"Dengan menggunakan genom sebagai referensi, ahli biologi dapat melacak apa yang terjadi di koloni koala yang berbeda dan dapat mengetahui lebih baik bagaimana dan kapan harus bertindak," tambahnya.

Penelitian ini diterbitkan di Nature Genetics.

https://sains.kompas.com/read/2018/07/07/210416423/analisis-genom-ungkap-kenapa-koala-bisa-makan-daun-beracun-ekaliptus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke