Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anak Dipisahkan dari Orangtua Bisa Alami Trauma Berkepanjangan

Tentu saja pemisahan secara paksa ini menimbulkan protes dari banyak pihak karena dianggap dapat menciptakan trauma dan mengganggu psikologis anak dalam jangka panjang.

Dr. Colleen Kraft, presiden American Academy of Pediatrics (AAP) yang belum lama ini mengunjungi pusat pengasingan anak-anak berumur 12 tahun ke bawah di Texas menceritakan pengunjung tidak diperbolehkan menggendong atau menghibur anak-anak yang menangis.

Ketiadaan sentuhan fisik seperti pelukan, memegang tangan, dan memberi rasa nyaman adalah faktor utama yang dapat memengaruhi psikologis anak-anak.

Menurut Lori Evans, asisten profesor dari Departemen Psikiatri Anak dan Remaja di NYU Langone Healt mengatakan ketiadaan sentuhan fisik akan meningkatkan hormon stres pada anak-anak.

"Kami mengetahui ini dari anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan," kata Evans dilansir Live Science, Rabu (20/6/2018).

Ia menjelaskan, anak-anak tanpa sentuhan kasih sayang dapat meningkatkan hormon stres kortisol yang lebih tinggi dari biasanya, bahkan setelah mereka dipulangkan kembali ke orangtuanya.

Selain hormon kortisol meningkat, hormon lain seperti oksitosin dan vasopresin yang penting untuk ikatan emosional dan sosial akan jauh lebih rendah dibanding anak-anak yang mendapat sentuhan kasih sayang.

"Sentuhan dengan orang terdekat sangat penting di awal kehidupan agar anak memiliki hubungan normal dan baik dengan orang lain," kata Dr Ranna Parekh, psikiater anak dari American Psychiatric Association.

Kebijakan "Toleransi nol" disebut Ranna tidak hanya mengusik kenyamanan kasih sayang dengan orang tua, tapi juga membuat anak-anak merasa kesepian.

"Anak-anak tidak hanya trauma dengan perpisahan, mereka juga tidak memiliki akses untuk menghilangkan stres," katanya.

"Saya harap perawat di tempat penahanan punya pengalaman dan tahu bagaimana cara memberikan sentuhan. Ini akan jauh lebih baik daripada tidak memiliki seorang pun," imbuh Ranna.

Trauma berkepanjangan di otak

Menurut para dokter dan psikolog, masalah ini akan berdampak panjang.

"Kebanyakan gangguan mental, emosi, dan perilaku berakar pada masa anak-anak dan remaja. Trauma masa kecil sangat rentan memicu keinginan bunuh diri suatu saat nanti," tulis National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine dalam sebuah pernyataan.

"Peran orangtua sangat penting dalam tumbuh kembang anak di awal kehidupan, saat otak berkembang pesat dan semua pengalaman terekam di dalamnya," imbuh pernyataan tersebut.

Ranna menekankan, anak-anak migran yang dipisahkan dari orangtua berisiko tinggi mengalami stres akut dan mengalami gangguan stres pascatrauma (post-traumatic stress disorder atau PTSD).

"Orang dewasa tahu bahwa kehidupan tidak hanya hitam dan putih, tapi ada abu-abu. Nah, anak-anak ini belum berpengalaman, dan karena dipisahkan secara paksa maka mereka akan menganggap dunia ini bukan tempat yang aman," katanya.

Setidaknya ada lebih dari 2.400 anak yang dipisahkan dari orangtua dan kerabat saat melintasi perbatasan AS dan Meksiko antara Mei hingga Juni.

Setelah dipisahkan dari orangtua mereka, anak-anak diserahkan ke Pusat Penampungan Pengungsi (ORR) milik Kementerian Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

Anak-anak yang berusia antara satu hingga 18 tahun, ditempatkan di pusat penampungan. Beberapa di antaranya tidur di atas tikar pada lantai beton yang dikelilingi pagar menyerupai kandang.

Mereka dibawa ke tiga tempat penampungan di Texas Selatan, yaitu Combes, Raymondville, dan Brownsville.

Kecaman yang disuarakan di seluruh dunia membuat Trump melunak, dan menandatangani perintah eksekutif yang berjanji tidak akan memisahkan migran anak dari orangtua mereka. Pernyataan ini ditandatangani Trump pada Rabu (20/6/2018).

https://sains.kompas.com/read/2018/06/22/210300323/anak-dipisahkan-dari-orangtua-bisa-alami-trauma-berkepanjangan

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke