KOMPAS.com -- Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru saja mengeluarkan peringatan mengenai sebuah strain gonore atau kencing nanah yang kebal antibiotik dan tampaknya tidak dapat disembuhkan.
Peringatan tersebut dikeluarkan setelah data dari 77 negara menunjukkan adanya beberapa kasus bakteri Neisseria gonorrhoeae yang tidak merespons antibiotik di Perancis, Jepang dan Spanyol.
“Kasus-kasus ini mungkin baru ujung dari gunung es saja. Sebab, sistem untuk mendiagnosa dan melaporkan infeksi yang tidak tersembuhkan sangat kurang di negara-negara miskin yang sebenarnya lebih umum dijangkiti gonore,” ujar Dr Teodora Wi, Medical Officer, Human Reproduction, di WHO.
Hal ini tentunya sangat mengerikan, mengingat bahwa menurut perkiraan WHO, 78 juta orang di seluruh dunia terinfeksi gonore setiap tahunnya.
(Baca juga: Perangi Bakteri Modern, Ilmuwan Keluarkan Senjata Ampuh Zaman Jebot)
Penyakit yang dapat menginfeksi kelamin, rektum, dan tenggorokan ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda apa pun ini sehingga dapat ditularkan dengan mudah oleh pembawanya. Lalu, menurunnnya penggunaan kondom dan peningkatkan perjalanan juga sangat berkontribusi pada penyebarannya.
Namun, komplikasi dari gonore dapat membuat perempuan mengalami penyakit radang pelvis dan kehamilan ektopik. Sementara itu, laki-laki dan perempuan yang terjangkit gonore bisa mengalami kemandulan dan peningkatan risiko HIV.
Sebenarnya, gonore, seperti penyakit seksual menular lainnya (klamidia dan sifilis), dapat diobati dengan antibiotik. Namun, semenjak antibiotik mulai sering digunakan pada tahun 1930-an, penyakit ini juga mulai menunjukkan peningkatan daya resistansi terhadap pengobatan tersebut.
Data dari WHO menunjukkan bahwa 97 persen dari negara yang disurvei pada tahun 2009 dan 2014 melaporkan adanya strain gonore dengan daya resistansi terhadap ciprofloxacin, antibiotik yang umum ditemukan dan berharga murah.
(Baca juga: Keberadaan Kuman Resisten Antibiotik Semakin Mengkhawatirkan)
Sementara itu, 66 persen dari negara-negara tersebut juga melaporkan daya resistansi gonore terhadap extended-spectrum cephalosporins (ESC). Hal ini sangatlah buruk. Sebab, ESC adalah pilihan terakhir untuk mengobati gonore di berbagai negara.
Menanggapi hal ini, WHO pun dengan tegas menyuarakan kebutuhan dunia terhadap jenis pengobatan baru untuk gonore. Sayangnya, mayoritas perusahaan-perusahaan komersial merasa enggan untuk berinvestasi dalam obat-obatan yang kemungkinan keuntungannya kecil.
Oleh karena itu, WHO pun bekerjasama dengan Drugs for Neglected Diseases untuk meluncurkan Global Antibiotic Research and Development Partnership.
“Dalam jangka pendek, kita berharap untuk mengakselerasi perkembangan dan pengenalan dari setidaknya satu jenis pengobatan, dan akan mengevaluasi perkembangan pengobatan kombinasi untuk kebutuhan kesehatan umum,” kata ketua kerjasama Dr Manica Balasegaram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.