JAKARTA, KOMPAS.com –- Tidak sampai dua minggu lagi, bulan Ramadhan akan berakhir dan jadwal mudik bersama berbagai persiapannya mulai disusun untuk merayakan hari kemenangan bersama keluarga.
Sayangnya, kabar duka tidak jarang terdengar selama menempuh perjalanan mudik. Pada tahun 2016 lalu, misalnya, terjadi kemacetan di tol Brebes Timur yang mengular sejauh 18 km. Dalam kejadian tersebut, 17 orang meninggal dunia akibat kelelahan dan kecelakaan lalu lintas.
Oleh karena itu, berbagai persiapan pun perlu dilakukan pemudik agar selamat sampai di tempat tujuan. Salah satunya dengan menjaga kesehatan agar optimal selama di perjalanan.
(Baca juga: Sahur dengan Nasi, Mi Instan, dan Telur? Jangan Dilakukan Lagi)
Dokter spesialis penyakit dalam subspesialis Gastroenterologi dan hepatologi dr Hardianto Setiawan, SpPD-KGEH mengatakan, para pemudik harus memperhatikan jumlah makanan yang dikomsumsi pada saat berbuka maupun sahur. Jika memungkinkan, carilah restauran yang memiliki menu empat sehat di dalam perjalanan.
“Waktu makan juga tidak langsung makan makanan utama dalam jumlah besar. Makanan kecil, satu jam kemudian mulai makanan utama,” kata Hardianto pada diskusi bertajuk “Tetap Sehat dan Bugar Saat Berpuasa dan Lebaran” yang terselenggara dengan kerjasama harian Kompas dan Rumah Sakit Siloam, Kebayoran Baru, Rabu (14/6/2017).
Lalu, saat sahur di dalam perjalanan, Hardianto menganjurkan untuk tidak menyantap makanan secara berlebihan. Jika dilakukan, hal itu akan mengakibatkan naiknya gula darah dan membuat rasa kantuk serta lemas datang lebih cepat.
Makan dalam jumlah banyak juga tidak dianjurkan bagi pengidap diabetes melitus. Fluktuasi gula darah akan terjadi dengan cepat. Maka, makan dalam porsi kecil dengan frekuensi lebih sering dapat menjadi pilihan. “Makan dalam porsi kecil yang terpisah agar pada waktu makan, fluktuasi kadar gula tidak terlalu tinggi. Ketika sahur, misalnya, makan bisa dua kali,” ucap Hardianto.
(Baca juga: Selama Berpuasa, Hindari 5 Jenis Buah Ini untuk Kesehatan Lambung)
Selain itu, waktu istirahat perlu mendapat perhatian lebih. Memacu tubuh bekerja lebih keras melalui penggunaan minuman berenergi tidaklah dianjurkan.
“Tubuh kita punya alarm, bila kita merasa capek, kita harus merehatkan diri sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dalam perjalanan. Tiga atau empat jam kita bisa berhenti untuk rihat. Pengunaan minuman berenergi juga tidak dianjurkan karena hanya stimulan seperti kafein, sebagai gantinya Anda bisa meminum multivitamin,” kata Hardianto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.